Start at the beginning, go to the end, then stop. That’s how I write. I write quickly. I don’t try to show how intelligent or how cultivated I am, I just try to share my soul. Sharing is part of life. - Lewis Carroll

Friday, October 29, 2010

Awas! 11 Air Mineral Perlu Dicurigai


JAKARTA – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menuding pemerintah tak becus menjaga keamanan dan kesehatan konsumen. Buktinya, dari penelitian 21 merek air minum dalam kemasan (AMDK), 11 di antaranya ditemukan mengandung bakteri E-Coli yang membahayakan kesehatan.
”Dari 21 merk minuman kemasan gelas yang kita uji, 11 di antaranya ditemukan nilai bakteri yang bermasalah,” ujar peneliti YLKI, Ida Marlinda Loenggana, Rabu (28/10).
Produk air minuman kemasan yang diteliti YLKI, tidak terfokus pada produk yang sudah mempunyai nama saja. YLKI juga mengambil sampel dari merk-merk yang jarang terdengar di pasaran. Penelitian ini, lanjut Ida, dilakukan YLKI pada sejak bulan Maret hingga Mei 2010. Sampel produk-produk air minuman itu mereka dapatkan dari pasar tradisional, swalayan, dan juga mal-mal. Sampel diambil dari berbagai daerah mulai dari utara dan timur Jakarta.
Dari 11 merk air minum kemasan yang bermasalah tersebut, lanjut Ida, ditemukan total bakteri mencapai 1.000 sampai 100.000 koloni/mL. Padahal, menurut Standar SNI kandungan mikrobiologi untuk air minum itu maksimal 100 sampai 1.000 koloni/mL. Dari 11 merk yang diteliti, ditemukan 9 merk yang kadar bakterinya mendekati ambang batas yaitu Pretige, Top Aqua, Air Max, Caspian, Club, Pasti Air,Vit, Prima, De As. Sedangkan 2 merek yang melebihi batas itu ada Ron88 dan Sega. Semua produk yang diteliti memiliki tanggal kadaluarsa yang beragam. Ada yang Januari 2011 sampai Oktober 2011. ”Tapi kalaupun tanggal kadaluarsanya masih jauh, tapi sudah mengandung bakteri, bagaimana ke depannya? Dimana pengawasnya?” kritik Ida.
Terhadap 11 merk ini, YLKI Ida sudah mencoba meminta klarifikasi. Tapi hanya merk yang mempunyai alamat langkap dan memberikan tanggapan. Sedangkan dua merk yang lain tidak memiliki alamat meskipun memiliki nomor registrasi sehingga sulit untuk dilacak. ”Kok bisa ada nomor registrasi tapi tidak ada alamat,” katanya.
Ida mengatakan, dari berbagai tanggapan yang diterima YLKI banyak yang positif terhadap penelitian yang dilakukan YLKI ini. Namun sayangnya, pihak produsen umumnya lebih menyalahkan nilai bakteri yang berkembang itu bertambah setelah usai masa produksi. Umumnya produsen menyalahkan pada saat proses distribusi, penyimpanan dan penempatan pada saat produk tersebut sampai ke penjual. Penjual yang membiarkan air minum terkena matahari pasti bakteri akan berkembang.
YLKI berharap dengan penelitian ini, pihak produsen lebih bertanggung jawab. Karena sistem pengawasan produk mutlak sampai ke tangan konsumen. YLKI juga berpesan pada masyarakat untuk lebih mempertimbangkan pemilihan produk air minum kemasan. ”Produsen bertanggung jawab memenuhi standar keamanan dan keselamatan. Masyarakat juga jangan karena memilih yang murah tapi tidak mempertimbangkan aspek kandungannya. Dan kepada penegak hukum jika ada produsen nakal yang tidak memperbaiki dan bertanggung jawab kita berharap diberikan sanksi yang menjerakan,” tandasnya.
Menanggapi hal ini, Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Jatim, Andreas Tikno menyatakan dirinya belum bisa berkomentar banyak mengenai hal ini. ”Ini kan baru temuan. Semua orang bisa saja membuat temuan seperti ini. Beda kalau misalnya BPOM yang melakukan penelitian seperti itu, BPOM kan badan pemerintah,” ujarnya.
Menurutnya berita miring seperti saat ini sebenarnya sudah biasa. Otomatis nantinya juga akan berpengaruh terhadap penjualan AMDK. Sayangnya Andreas tidak berkenan berbicara lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Secara nasional, penjualan AMDK hingga akhir 2010 diprediksi naik antara 11-12% dibanding 2009. Di 2009 secara nasional penjualan AMDK mencapai 12,8 miliar liter dari semua industri yang ada. Perusahaan AMDK di Jatim sendiri, memberikan kontribusi 2,5 miliar liter atau 20% dari total nasional. Angka tersebut berdasar suplai packaging dan karton (yang keluar). Semester I/2010, penjualannya sekitar 7 miliar liter dengan rincian 70% galon, dan 30% lainnya adalah botol serta gelas.

(Sumber: www.Surabayapost.co.id)

Wah, ternyata jaman sekarang mau hidup sehat aja susah banget yah. Mau minum air mineral aja harus waspada dan hati-hati. Memang sih ga bisa disalahkan sepenuhnya pada produsen, karena menurut mereka standarissasi kejernihan dan keamanan air mineral yang mereka produksi sudah baik. Mereka menuding para agen distributor yang menyalahi aturan, seperti air mineral tidak boleh terkena sinar matahari langsung, namun kenyataannnya ga demikian di lapangan.
Tapi bila ternyata ada produsen nakal yang menginginkan laba sehingga mereka menghalalkan segala cara, termasuk ga menerapkan sistem standarisasi air mineral maka itu sudah keterlaluan. Apalagi jaman sekarang untuk mencari air bersih untuk dikonsumsi itu kan susah. Karena rata-rata air yang tersedia sudah tercemar dan bahkan ada juga yang sudah tidak layak konsumsi lagi.
Jadi menurut saya hal ini perlu ditindak lanjut, jangan sampai konsumen menjadi korban produsen nakal yang tidak bertanggung jawab. Habis, kalo sudah kejadian siapa yang mau bertanggungjawab?

No comments:

Post a Comment