Start at the beginning, go to the end, then stop. That’s how I write. I write quickly. I don’t try to show how intelligent or how cultivated I am, I just try to share my soul. Sharing is part of life. - Lewis Carroll
Showing posts with label Corat Coret Aja. Show all posts
Showing posts with label Corat Coret Aja. Show all posts

Monday, November 23, 2015

Tips aman dan nyaman ber-Commuter Line


  1. Datanglah sepagi mungkin bila ingin dapat duduk, supaya tidak harus berdiri dan mengantuk ketika di kantor/ kuliah; kalau perlu menginap di peron kereta biar tidak tergesa-gesa.
  2. Sapa dengan senyum ramah kepada petugas pengawalan, masinis dan co-masinis, serta para pengguna commuter line lain, karena senyum itu ibadah dan mempererat silahturahmi.
  3. Dilarang melakukan hal yang mengganggu penumpang lain, seperti: tertawa sendiri, berbicara sendiri, menagis sendiri, makan/ minum sendiri.
  4. Relakan Commuter Line yang sudah pergi, jangan dikejar, biarkan itu menjadi masa lalu dan percaya masih ada kereta lain yang akan lewat.
  5. Dahulukan penumpang yang akan turun, supaya tidak saling dorong, sikut menyikut, ataupun teriakan meringis.
  6. Berpegangan erat pada pegangan yang sudah disediakan, jangan bersandar pada penumpang lain, beban hidup saja udah berat apalagi beban tubuh Anda.
  7. Jaga dan perhatikan selalu tiket dan barang bawaan Anda, jangan sampai tertinggal atau hilang, biarkan saja kenangan mantan yang tertinggal dan hilang.
  8. Mengalah dan berikan kursi pada penumpang lain yang lebih berhak karena mengalah bukan berarti kalah, tetapi mengalah untuk menang.
  9. Selalu perhatikan celah antar peron dan kereta saat hendak turun, supaya tidak ada celah diantara kita.
  10. Terima kasih telah menggunakan jasa Commuter Line, pastikan Anda setia menjadi RoKer (Rombongan Kereta).

TipsAmanBerCommuterLine#Save&EjoyTheTrip

Ego VS Kasih



Mengerti dan memahami pikiran sendiri saja sudah sulit, apalagi menyatukan dua pikiran yang sangat berbeda.
Konflik bukan sesuatu hal yang asing lagi. Adu argument juga bukan hal yang jarang terjadi.
Justru dimaklumkan bila sering tidak sepaham.
Memang salah bila asumsi terus dipakai untuk menyimpulkan sesuatu.
Tapi logika ini tidak bisa disembunyikan darinya.
Ego, apakah itu penyebab utamanya?
Ketika harapan tidak sejalan dengan kenyataan.
Dan ekpektasi yang jadi disalahkan.
Lalu bagaimana ini akan berakhir?
Siapa yang pantas disalahkan dan menyalahkan?
Teringat kata-kata seorang Guru Besar, “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri, dan tidak sombong. Kasih itu tidak menyimpan kesalahan orang lain.”
Bukan eranya lagi untuk saling menghakimi dan menyudutkan.
Bukan masanya lagi untuk memegahkan prinsip pribadi.
Bagaimanapun apa yang telah dipertemukan oleh Jiwa Dunia tidak bisa dipisahkan hanya karena ego.
Ego yang seharusnya dikalahkan dengan kasih.

Wednesday, November 18, 2015

She's Kylan, My Traveling Hedgehog




4 tahun lalu, waktu lihat tayangan di On The Spot Trans 7 tentang hewan eksotik, aku kepingin banget punya landak mini yang dapat urutan ke 3 sebagai hewan peliharaan paling eksotik.

Tapi apa daya, ga punya waktu buat urusin hewan dan mama juga ga ijinin, yaaa Cuma bisa lihat di tivi sama google aja.

Karena hobi banget sama pelihara hewan lucu dari kecil, jadi kebiasaan ini ga bisa hilang gitu aja. Terakhir burung kenari kesayangan aku, Leonard, udah pergi ke surga 6 tahun lalu. Setelah kepergian Lele, belum ada lagi anggota keluarga baru.

Desember 2014, koko Alvin pamer  hewan peliharaannya yang baru, landak mini (OMG!!!!!!). Bisa-bisanya dia mendahului aku pelihara landak mini duluan. Interaksi pertama sama Tabita (nama landaknya) sih kaget karena semua badannya itu duri. Tapi tetep aja hewan jenis itu punya ketertarikan yang khas. Daaaaaan aku pingin punya juga.

14 Desember 2014, awal pertemuanku sama mahkluk imut berduri, Kylan. Dari perjumpaan pertama sama Kylan aku tau dia mahkluk yang pintar dan suka bersosialisasi.Waktu itu Kylan masih umur 3 bulan, masih botak, kecil, kurus. Sekarang dia udah 1 tahun 2 bulan, ga kerasa Kylan udah segendut ini.

My little 3 months Kylan


 08 September 2015, Kylan's 1st Birthday 



 Wefie



Kylan's Photographs





Friday, December 5, 2014

Because We are Barokah Family

Thanks for almost 3 years. We shared joy, laugh and happiness. Love you all Barokah Family.

Hari ini hari terakhir sebagai karyawan Gaharu, tapi bukan terakhir jadi anggota Barokah Family kan :D

Campur aduk rasanya. Jadi inget waktu pertama kali masuk jadi anak baru. Tapi dalam hidup kan selalu ada pertemuan dan perpisahan. Mungkin ini juga sudah waktunya perpisahan itu.

Aku akan sangat merindukan suasana kerja yang menggembirakan bersama kalian, Barokah Family. Nyanyi-nyanyi ga jelas, lempar-lemparan kertas, curcol malem mingguan kemaren, joget sakitnya tuh disini, goyang bang jali, sampe hal ga penting sekalipun.

Bakalan kangen sama kejailan Xiang Jie si Bibi Lung yang selalu punya ide buat jailin Vanie. Meskpiun dia udah meninggalkan kita semua dulu (uuupss maksudnya bukan is dead looh). Dia lebih dulu menggembara di dunia lain, bergelut dengan kerasnya badai di dunia Job Seeker. Sukses buat Bibi Lung tunjukan ilmumu di dunia persilatan, jangan bikin malu saudara seperguruan Barokah Family.

Kangen juga pasti sama duo popo cucu. Popo Epha Bagasi yang super cerewet ga bisa diem kalau udah ngomong. Cucu Sansan yang ga pernah senyum kalau difoto (sekarang kemajuan sih udah bisa gaya centil dikit :p). Bakalan kangen sama kekompakan popo cucu ini.

Pesen buat cucu, jangan abisin makanan popo lu cu, kasian popo badannya udah kecil gitu, jangan tambah derita popomu nak.

Pesen buat popo, sabar po hadepin cucu yang somplak kaya Sansan, inget kesehatan jantung sama tekanan darah popo nomor satu, cucu mah nomor dua aja :D.

Bakalan kangen juga sama masakan maminya Phing-Phing, Ci Fenna,  terutama sop bola bolanya hahahaha. Kangen juga sama cerita-cerita lucu tentang Phing-Phing sama dede Gerald yang gemesin.

Tentunya bakalan kangen juga sama kebimbangan dan keadaan serba tidak pasti dari Vancoi Chele. Dimana dia bisa dengan begitu mudahnya menggantungkan nasib kita-kita. Belum lagi kata-kata PHP nya. Plus kalimat-kalimat: “Kucing copet”, “Bapak Ibu”, “Jatoh kebawah”. Kangen ngebuli sih tepatnya hahahaha. Aaah tapi ga kangen banget sih sama anak kambing ini, Sabtu Minggu juga ketemu di gereja :p.

Kalau yang satu ini bakalan kangen sama perhatiannya mami Meiiii. Mrs Blenger Merri Meriam yang doyan blenger sendiri kalau nentuin menu makanan. Plus suka lempar tanggung jawab makanan kalau dia udah kenyang. Bikin kita gendut semua, baguuuuus.


Makasih buat momen-momen terindah yang pernah kita hadapi bersama. Kalau kalian kangen, please call me maybe :D.

Sukses buat kalian semua ya. Kompak-kompak selalu. Jaga dan lindungi makhluk langka yang hampir punah, Sathe Mbink Vancoi Chele. Kasihi dia sebagaimana kita sering membuli dia.
Doakan aku juga ya di dunia yang baru. Kelak kita akan bersua dan membuat sejarah kembali.

Thanks for accepting, carrying, and loving me. May God leads and bless you all. Reach your dream! Good luck ^^





Tuesday, August 5, 2014

It’s Just About Time

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan untuk mereka yang mengasihi Dia
(1 Korintus 2:9).


“I could not tell you if I loved you the first moment I saw you, or if it was the second or third or fourth. But I remember the first moment I looked at you walking toward me and realized that somehow the rest of the world seemed to vanish when I was with you.”
Cassandra Clare, Clockwork Prince



25 September 2012
10.52 pm


Aku tau Tuhan tidak pernah menutup mata atau terlelap tidur untuk setiap pergumulanku. Aku tau siapa Pribadi yang selalu dapat aku andalkan. Dalam kelemahan dan patah hatiku, aku tau Dia sedang membalut luka itu.

Tapi aku juga sudah tidak bisa memaksakan lagi apa yang jadi keinginanku. Aku akui sudah terlalu egois dan menomor duakan Tuhan. Dan anggap saja ini adalah hukuman yang pantas bagi hati yang bebal. Aku mau berhenti berharap untuk dia. Tapi aku tidak akan pernah berhenti berharap pada Dia. Aku tau masa depanku sungguh ada dan harapanku tidak akan pernah hilang.

Tiba-tiba ketika aku berdoa, Tuhan seolah bicara dan menguatkan aku. Tuhan berkata Ia sudah mempersiapkan seorang pria yang akan mengasihiku seperti dia mengasihi-Nya. Hanya saja saat ini Tuhan mau aku untuk fokus pada kehendak-Nya. Yang aku tau Tuhan juga sedang mempersiapkan dia dan Tuhan taruh di tempat yang aman. Biarkan waktu Tuhan yang bicara.

Terakhir aku diingatkan sebuah ayat dalam 1 Korintus 2:9:

“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan untuk mereka yang mengasihi Dia.”

------------------------------------------------------------------------


Hari-hari berikutnya setelah inseiden patah hatiku, aku belajar untuk berharap dan mengandalkan Tuhan. Hasilnya memang tidak terlihat jelas tapi aku merasa seperti seorang bayi yang terlahir kembali. God has His favor for me!

------------------------------------------------------------------------


15 Juli 2014
09.54 pm

Malam ini aku berada dalam kegalauan akut. Aku tidak tau apa yang harus aku putuskan. Aku senang tapi sekaligus takut. Entah ini hanya ketakutanku saja atau memang bukan dia.

Beberapa hari yang lalu seseorang bertanya tentang kelanjutan hubunganku dengannya. Sebenarnya aku juga sudah mendoakan dia 2 bulan yang lalu, tapi aku masih belum yakin. Saat dia bertanya memang tidak langsung aku jawab. Aku masih belum tau apa keputusan yang aku pilih.

Mungkin rasa trauma itu masih ada, ketika beberapa waktu lalu aku baru saja pulih dari kecewa terhadap seseorang yang ternyata hanya memanfaatkan aku saja. Aku belum bisa percaya orang lain sepenuhnya. Aku takut dipermainkan lagi.

Dalam kegalauan itu Tuhan mengingatkan apapun keputusan final yang aku ambil, ikuti dan andalkan Tuhan. Lupakan yang sudah terjadi, ampuni orang yang mengecewakanku dan berharap untuk masa depanku.

------------------------------------------------------------------------


17 Juli 2014
08.30 pm

Aku sudah memutuskan.

Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Tuhan akan tetap ada untuk selamanya, itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi, Tuhan berbuat demikian supaya manusia takut akan Dia (Pengkhotbah 3:14).

Haleluya! Terpujilah Tuhan karena tidak pernah meninggalkan dan membiarkan aku saat aku dalam kepedihan dan patah hatiku. Aku tau bahwa Dia sedang memproses aku sedemikian rupa untuk menjadi pribadi yang tangguh. Dan apapun yang Dia lakukan ketika mengajar aku itulah yang terbaik. Aku tidak tau apa yang akan terjadi di depan, tapi selama aku mengandalkan Dia, aku bisa melewatinya.

Terima kasih Tuhan untuk pria yang mengasihi Tuhan dan mengasihi aku tepat seperti yang Tuhan katakan 2 tahun lalu padaku. Terima kasih untuk seorang pria yang tidak pernah aku duga hadir dalam hidupku. Seorang pria yang pernah sekali saja aku temui dan menghilang begitu saja selama 10 tahun. Dia yang tidak pernah aku lihat atau aku dengar apalagi timbul dalam hatiku, dialah yang Tuhan sediakan.

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Korintus 2:9).

Semua ini hanya masalah waktu. Dan waktu Tuhan tidak pernah mengecewakan. Selalu sempurna. :)


It's not the end. This is the beginning.

Wednesday, May 21, 2014

20 Sec Reading: Bagaimana Caramu Percaya?

Percaya. Satu kata yang mudah diucapkan bibir tapi sulit dikatakan hati.
Membangun sebuah kepercayaan pada sesuatu atau seseorang perlu waktu dan proses panjang. Meskipun beberapa mengatakan "Aku percaya" secara lugas tapi pasti masih ada sedikit keraguan menyelimuti hatinya.

Malam itu terjadi diskusi tentang bagaimana kamu bisa percaya, dalam kasus ini percaya tentang hal-hal supranatural yang diceritakan beberapa orang.

Pada dasarnya manusia ga terlalu percaya apa yang diucap lidah orang lain.
Sebagai manusia pasti ada rasa ego, persepsi, atau motivasi yang melatar belakangi ucapan dan tindakannya.

Jadi seperti apa kita harus percaya sesuatu? Harus dengan melihat dulukah?

Ga juga. Ada beberapa ucapan, ide, paham ataupun values harus diuji dulu. Kalau logis, ada unsur kebenaran dan bisa dipertanggungjawabkan, barulah kita bisa anggap itu layak untuk dipercaya.

Kalau gitu kita harus mengalami suatu kejadian dulu?

Ga juga, ga semua hal harus kita alami dulu baru percaya, dan ada hal yang memang ga bisa kita terima seluruhnya secara langsung.

Apa yang ga bisa kita terima sepenuhnya?

Manusia ga boleh meragukan keeksistensian Tuhan, hanya manifestasi yang dibuat manusia yang ga boleh kita terima sepenuhnya. Yaa yang baik dan benar kita terima. Tapi kalau menyangkut hal yang diluar logika, lebih baik kita komunikasikan langsung sama Tuhan. Intinya apa yang seseorang alami ketika bersama Tuhan, ga bisa sepenuhnya kita percaya, sekalipun dia seorang nabi, pendoa atau pemuka agama hebat. Karena secara ga sadar kadang sisi ego manusia itu muncul dan kita ga pernah tau apakah itu sesuai dengan kebenarannya atau memang ada unsur hiperbola.

Yup, memang setiap orang punya pengalaman berbeda untuk berjumpa dan dialog dengan Tuhan. Kadang juga memang terdengar berlebih, tapi begitulah cerita pengalaman mereka. Entah cara penyampaiannya yang dilebihkan atau tidak itu biar jadi urusan pribadi dia dengan Tuhan.Yang pasti, kita harus percaya Dia bisa berkomunikasi lewat cara apapun, bahkan sesuatu diluar pikiran kita.
Firman, itulah cara komunikasi Dia yang paling teruji.


Bagaimanapun caramu mempercayai sesuatu biarlah menjadi caramu sendiri. Dan bagaimanapun belajar percaya itu tidak mudah, apalagi dipercayai orang lain.Yang terpenting adalah bagaimana kamu bisa menjadi pribadi yang dapat dipercaya. Butuh tanggung jawab dan integritas. Jangan lupa selalu mintalah Dia membuat kita menjadi dapat diandalkan.

Monday, April 14, 2014

Let's Talk About The Future

Sunday, 13th April 2014
04.20 pm
There’s a little conversation between two girl which growing up together.


Do you have a dream?
Yes, I have exactly.

Are you going to make it happen?
I always try.

Even if sometime some people act as if they not permit you?
That will always be someone who forbidden us to not complete ours.
But it depends on us to follow what their assume or our heart to move on.

Have you ever fall to a situation when you see a way to make your dream come true, but still you do not have a courage to take it. Sometimes reality betray us. What will you do?
There’s not a perfect time yet maybe. Just ask your heart and make yourself sure about the time. And when you think the time is right, you will ready for it.
Do not ever let it go. Once the time is come, it will never be back again.

Sunday, June 16, 2013

Apa Arti Hidup?



Apa arti hidup itu? Apakah hanya sebatas dilahirkan ke dunia, tumbuh besar, menjadi dewasa, bekerja, menikah, berkeluarga, menjadi tua, sakit, lalu berakhir di pemakaman?
Apa arti hidup kalau hanya begitu? Pernahkah terbersit selintas dalam benak kita pertanyaan-pertanyaan tadi? Inilah juga yang terus berputar dalam otakku, untuk apa sebenarnya aku ada di dunia?

Tidak bisa dipungkiri siklus kehidupan memang berjalan seperti itu adanya. Kita tidak bisa menampik bahwa memang sudah menjadi sebuah proses alami yang akan setiap manusia jalani. Tapi apakah benar hidup hanya sebatas itu saja? Tidak adakah hal lain yang bisa membuat hidup ini lebih berwarna?

Beberapa orang yang aku kenal menjalani hidup sesuai dengan siklus kehidupan - tidak ada yang salah dengan itu. Tapi setelah kuamati kemudian ternyata mereka menjalani hidup hanya sebagai rutinitas dan mereka mulai jenuh. Mereka mengeluh sepanjang hari tentang pekerjaan mereka, keluarga mereka, tetangga mereka, keuangan mereka, dll. Mereka mengakui hidupnya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Dan kejenuhan membawa mereka pada tahap depresi burn out. Mereka tidak lagi memandang hidup dengan optimis dan bahagia, malah beberapa menginginkan hidupnya untuk cepat berakhir.

Aku tidak ingin terjebak dalam siklus kehidupan yang seperti itu. Aku tidak ingin menjadi burn out. Aku ingin memberi warna lain dalam kehidupanku, memberi arti hidup bagi orang lain juga. Aku sadari memang siklus kehidupan akan terus seperti itu dan aku tidak bisa mencegah atau mengubahnya. Tetapi aku bisa menambahkan sesuatu dalam siklus tersebut. Membuat siklus itu berbeda dan lebih berarti.

Inilah yang aku lakukan hari-hari ini, diawali dari mimpi, menulisakannya, membawanya dalam setiap doaku, dan bertindak. Aku mengimani bahwa ketika kita memberi diri dan hidup kita untuk orang lain maka kita akan terus bersemangat. Berbeda ketika kita terus menerus memikirkan kepentingan kita sendiri, depresi atau burn out akan lebih cepat hinggap dalam benak kita. Dan yang paling penting, kita harus tahu tujuan untuk apa kita ada di dunia ini, bukan sekedar hanya untuk menambah populasi dunia.

Pernah dengar sebelumnya tentang kisah seekor anak elang yang hidup dan besar dalam kumpulan ayam?
Suatu hari seorang peternak menaruh sebutir telur burung elang dalam kandang ayam. Si induk ayam tidak mengetahui bahwa di dalam sarangnya terdapat telur elang. Singkat cerita telur itu menetas bersamaan dengan telur lain, dan anak elang itu tumbuh besar bersama anak-anak ayam lainnya.

Setiap hari anak elang itu mencari makan bersama-sama, tidur bersama, dan cara hidupnya pun sama dengan para ayam. Ia tidak tahu bahwa ia seekor elang dan meyakini dirinya, ia adalah ayam, sama seperti saudara-saudaranya.

Suatu hari ketika mereka sedang mencari makan di ladang, kumpulan elang terbang tinggi di angkasa. Si anak elang terpana melihat mereka dan berkata kepada satu saudara ayamnya, "Apakah aku bisa seperti mereka?"
"Jangan bermimpi, kita ini ayam dan ayam tidak bisa terbang!"
Dan si anak elang itu pun mengubur mimpinya, menjalani hidup seperti layaknya 'ayam' sampai ia mati. Tanpa mengetahui bahwa ia sebenarnya adalah elang, raja angkasa.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita akan membiarkan mimpi-mimpi kita terkubur begitu saja? Apakah kita akan membiarkan hidup kita berakhir seperti 'kebanyakan orang'? Membiarkan begitu saja jati diri kita dan tidak mau mencari tahu apa tujuan hidup kita? Apa bedanya dengan si elang kalau begitu?

Mulailah bermimpi, bertanya dalam hati kecil apa yang menjadi tujuan hidupku. Dan bertindak, sebab tanpa tindakan iman pun sia-sia. Memang dalam perjalanan menuju mimpi itu ada saja yang membuat kita untuk berkata: sebaiknya kau sudahi atau sebaiknya kau menyerah atau sebaiknya kau tidak mengikuti mimpimu. Tapi itu hanya berlaku untuk Si Pecundang. Karena seseorang yang berani bermimpi dan mewujudkannya - meskipun tahu ada banyak resiko dan tantangan - tapi terus memberikan yang terbaik untuk mimpinya adalah seorang Ksatria Sejati.

Aku pun terus melakukan apa yang dikatakan hatiku, berusaha sebaiknya untuk mewujudkan mimpi itu. Aku sadari tidak mungkin aku bisa melewatinya sendiri, sebab itu aku perlu Tangan Tuhan. Menyerahkan semua mimpiku padaNya dan membiarkan Dia bertindak ketika aku sudah kehabisan akal.

Dan bila hari itu tiba, hari dimana itu menjadi akhir dari proses siklus kehidupanku, aku akan terbaring dalam peristirahatan terakhirku dengan penuh senyum kebanggaan. Karena aku telah berhasil menambahkan warna dalam siklus kehidupanku dan berhasil mewujudkan mimpi yang memberi arti hidup juga untuk orang lain.


"Bermimpilah untuk apa yang kamu inginkan, pergilah kemanapun kamu ingin pergi. Karena kamu hanya punya satu kesempatan untuk hidup. Dan satu perubahan untuk melakukan hal-hal yang kamu inginkan."
Paulo Coelho dalam Apa yang Aku Pelajari dari Hidup

Tuesday, February 16, 2010

You The Answer of My Prays

Lonceng gereja mulai berdentang. Seluruh jemaat yang hadir berdiri dengan kompak. Mata mereka tertuju pada ambang pintu gereja. Para petugas di pintu pun dengan sigap membuka pintu yang tertutup itu secara perlahan. Tanpa kusadari, jantungku berdegup sangat kencang. Sudah 30 menit aku berdiri di depan altar menanti dia, pujaan hatiku. Pintu telah terbuka dan inilah dia, wanita yang telah kunanti sepanjang perjalanan hidupku. Hari ini, aku dan dia akan mengikat janji seumur hidup dan melanjutkan mimpi ilahi bersamanya, berdua, aku dan dia.

Takjub. Hanya satu kata itu yang terucap ketika aku melihat pengantinku. Tak pernah terpikir olehku untuk berdiri disini dan menggenggam tangannya. Oh Tuhan, betapa indahnya rencana Mu. Kini aku siap melangkah bersama dia, malaikatku.

Awal perjumpaanku dengannya tidaklah mudah. 5 tahun aku harus menanti dan bergumul, sambil menaruh harapanku pada-Nya, karena aku terlalu percaya Dia tahu yang terbaik untukku.

Sebelum menemukan dia, aku pernah berjumpa dengan beberapa wanita lain dan menjalin hubungan dengan mereka. Tapi hubungan itu tidak dapat kulanjutkan. Ketika pertama kali bertobat dan menerima Tuhan dalam hidupku, aku mengambil komitmen untuk tidak menjalin hubungan apapun dengan wanita manapun, dan aku harus membuat keputusan. Keputusan yang sangat sulit karena aku harus memilih memusatkan hidup pada Dia seorang dan memutuskan hubunganku dengan seorang wanita yang kukencani. Seorang wanita yang tadinya aku yakini akan menikah dengannya. Ternyata rencana Tuhan yang begitu indah itu membuatku memutuskan untuk menghentikan hubungan itu, karena Dia mau aku menunggu seseorang yang tepat yang akan menjadi pengantinku.

Hari-hariku terasa sedikit berbeda, kadang aku merindukan hubungan itu. Tapi aku tidak bisa terus menerus seperti ini, aku meyakinkan diriku untuk dapat mempercayai Dia. Tiap kekosongan dihatiku diisi-Nya, hingga aku merasa Dia sangat peduli padaku. Aku mulai dapat melupakan perasaan-perasaan itu dan memfokuskan diriku pada janji-janji -Nya.

Nyatanya, 3 tahun sudah berlalu dan aku masih tetap bisa menjaga komitmenku untuk hidup kudus, tanpa perasaan khusus terhadap seorang wanita. Saat ini aku memusatkan hidupku pada visi dan mimpi-mimpiku. Sebelum aku dapat memenuhi visiku, aku belum dapat membuka hati.

Suatu hari, aku merasa ada yang aneh. Entah mengapa hatiku sangat gemetar. Sewaktu malam aku berdoa dan bergumul pada Dia. Aku menceritakan bahwa aku sepertinya membutuhkan seseorang yang dapat membantu mewujudkan visiku. Seperti seorang remaja yang meminta ijin pada ayahnya untuk berkencan, demikian juga aku. Aku malu, malu karena aku seperti anak kecil yang merengek agar dibelikan mainan baru, tapi aku lega, lega karena aku dapat bebas mengutarakan isi hatiku. Namun, Dia tidak menjawab. Mungkin ini belum waktunya, dan aku harus bersabar sedikit lagi. Tiba-tiba jawaban itu terdengar. Dia menjawab doaku. Dia memperhatikan pergumulanku. Ternyata Dia sedang mendengarkan curhatanku.

Dia berkata,"Sudah waktunya. Aku akan memberitahu padamu suatu rahasia. Seorang wanita yang nantinya akan menjadi pasangan hidupmu."

Aku terkejut sekaligus sangat gembira. Didalam hatiku seperti ada sebuah air terjun yang mengalir. Aku tak sabar mengetahui siapa wanita itu, wanita yang kunanti selama 3 tahun.

Seminggu sudah setelah percakapanku dengan-Nya malam itu, tapi aku belum menemukannya. Rasa penasaran mulai menghampiriku. Kuberanikan diri bertanya lagi pada-Nya. Tapi kali ini tidak ada jawaban sama sekali. Aku merenung sejenak, ternyata aku terlalu egois. Aku hanya mementingkan diriku dan tidak menghiraukan Dia. Selama 1 minggu ini yang kupikirkan hanya wanita itu bukan Dia. Dan mungkin hal itu yang membuat-Nya cemburu padaku. Karena aku melupakan komitmenku untuk mempercayai-Nya dan menanti. Cepat-cepat aku berlutut, meminta ampun dan mengubah paradigmaku. Aku tidak akan kuatir lagi ataupun tidak sabar. Sekali lagi aku menaruh harapanku pada-Nya.

Hari ini adalah hari yang sangat sibuk, aku sedang berada di gereja, bersiap-siap untuk merayakan Paskah, hari yang dinanti dalam sejarah, hari penantian bagi kami, umat nasrani. Hari dimana Sang Juru Selamat, Yesus Kristus menebus umat manusia dengan cara-Nya yang ajaib, kedua tangan-Nya terpaku pada ujung kayu salib, darah-Nya menetes dari ujung kepala hingga ujung kaki. Karena cinta-Nya pada manusia, Ia rela dihina, dicambuk, didera bahkan disalib. Seperti anak domba yang dibawa ke tempat pejagalan. Dialah Anak Domba Allah, korban penebusan bagi seluruh manusia.

Aku bertugas mempersiapkan acara. Dibantu dengan rekan-rekan yang lain, kami membentuk sebuah tim acara. Dalam tim itu terdapat 10 orang dari 3 area berbeda. Martha, Jessi, Haris, dan Gerald dari area dewasa muda. Aku, Donni, Andreas dan Anita dari area mahasiswa. Serta Joshua dan Christine dari area pelajar. Jarang sekali semua area bisa berkumpul, hanya acara dan perayaan tertentu kami baru dapat bekerja sama.

3 hari yang lalu, kami semua sudah berkumpul membicarakan tema dan bagaimana susunan acaranya. Dan hari ini kami memulai pekerjaan kami untuk perayaan besok hari.

Disela-sela pekerjaanku, aku secara tidak sadar terus memperhatikan Martha. Entah mengapa aku melakukan hal itu, karena aku tidak terlalu mengenalnya. Tapi karena kami ada dalam 1 tim, mau tidak mau kami jadi saling mengenal. Ada yang berbeda ketika aku melihatnya, dia tidak seperti wanita-wanita lain yang dulu kukenal. Dia sangat enerjik dan bersemangat. Ditambah lagi kecintaannya pada anak-anak, dan dia juga melayani di gereja anak dalam gereja kami. Tapi aku menampik semua perasaan itu, mungkin aku tertarik karena aku kagum padanya. Jadi aku lupakan saja.

Setelah seharian akhirnya semua pekerjaan selesai, dan tinggal menanti besok. Tak terasa ternyata sudah malam, mungkin karena terlalu bersemangat. Kami pun memutuskan untuk segera pulang dan bersiap untuk besok.

Lelah juga seharian mempersiapkan sebuah acara besar. Tapi aku bersyukur karena aku diberi kepercayaan untuk menyusun acara. Ketika aku hendak menghidupkan mesin motor, kulihat Martha sedang berdiri sendiri. Nampaknya wanita itu sedang menunggu angkutan umum. Kudekati dia dan menawarkannya tumpangan. Tadinya dia menolak, tapi karena sudah malam dia setuju.

Sepanjang perjalanan, kami tidak banyak bicara. Mungkin masih canggung dan tidak terlalu dekat. Hanya sedikit perbincangan ringan. Tapi aku jadi tahu ternyata caranya berpikir dan memandang sesuatu sangat dewasa. Aku semakin kagum padanya.

Kembali dalam kamarku, aku mematikan lampu dan berlutut disamping tempat tidur. Kupejamkan mata dan mengucap syukur untuk hari ini. Sekilas saat terpejam, aku teringat Martha. Tanpa kusadari kubawa dia dalam doaku.

Setelah perayaan Paskah itu, aku dan Martha semakin dekat. Sesekali aku diminta bantuan olehnya untuk bermain gitar di gerja anak. Kami juga sering makan bersama dengan teman-teman yang lain. Dan ya, kurasa ada yang berbeda. Sesuatu yang dulu pernah kumatikan kini bangkit kembali. Tapi aku belum yakin dengan asumsiku. Dan namanya semakin sering berada dalam doa-doaku.

Suatu hari ketika aku sedang berkonsultasi pada kakak rohaniku, penatua di gerejaku datang dan ingin mengajakku bicara. Kupikir mungkin masalah acara lagi. Tapi ternyata bukan, kali ini beliau tidak memintaku untuk membuat susunan acara. Beliau mengatakan bahwa beberapa hari ini beliau mengingatku dan berdoa untukku, ketika berdoa Tuhan mengutarakan bahwa tidak lama lagi aku akan menemukan pasangan hidupku dan wanita itu tidak jauh, ada di gereja kami. Aku terkejut dan menjadi teringat kembali dengan perkataan-Nya sebulan terakhir. Ternyata Dia menepati janji-Nya padaku.

Namun masalahnya adalah siapa wanita itu. Aku tidak berani mereka-reka karena semua ini masih belum jelas. Setelah nubuatan penatua gerejaku, aku dan rekan-rekan 1 komunitasku serta kakak rohaniku berdoa puasa. Aku percaya Dia akan mempertemukan aku dengannya pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat pula.

1 minggu kami berdoa puasa, dan kini kami duduk bersama untuk saling berbagi apa yang kami dapat. Hatiku mulai tak karuan, bercampur menjadi sebuah harapan. Apakah nama yang aku dapatkan dan mereka dapat adalah orang yang sama? Satu per satu kertas yang kami tuliskan nama seseorang di dalamnya kami buka bersama. Jantungku makin kencang berdetak. Aku tak percaya, semua nama di kertas itu sama, hanya ada satu nama. Ya, aku yakin dialah orangnya. Terima kasih Tuhan, Kau telah menepati janji-Mu. Selama hidupku, aku akan terus menaruh harapku pada-Nya.

Aku menunggu waktu yang tepat untuk memberitahunya. Aku tidak mau terlalu terburu-buru karena aku yakin Tuhan punya waktu yang senpurna, ketika aku sudah siap, aku akan mengutarakannya.

3 bulan sudah aku menanti dan berdiam diri, tidak mengatakan satu patah katapun pada wanita itu. Tapi aku terus menerus memperhatikannya dari jauh. Suatu hari kulihat dia hendak menuju mobil yang diparkirnya. Tidak terlihat jelas apa ynag ia ;lakukan di dalam, tapi sepertinya ia menangis. Mengapa dia menangis? Apakah aku penyebabnya? Aku tidak tahu.

Aku ingin mengetahui semua tentang dia dan merasakan apa yang ia rasakan. Selama ini menurut pengamatanku, ia terlihat sangat menakjubkan. Perasaan kagum itu kini telah menjadi suatu perasaan yang berbeda.

Kini aku genap berumur 24 tahun, tapi tanganku bertingkah seperti belum pernah menelpon. Aku menyambar telepon genggamku seperti menagkap binatang liar yang sedang berusaha meloloskan diri. Aku mencoba menelpon lagi. Telepon berdering tiga kali. Aku gigit jari, apa yang aku lakukan, aku merasa sangat bodoh. Mengapa aku menelponnya? Aku tidak punya alasan apapun untuk menelponnya. Tiba-tiba terdengar suara mengangkat telepon dariku. Aku yakin suaraku terdengar gugup. Aku belum pernah menelpon dia sebelumnya.

Kami mengobrol beberapa menit tentang pekerjaan dan pelayanannya. Kami melakukannya sewajar mungkin agar terdengar wajar walaupun kami sama-sama tahu betapa anehnya aku tiba-tiba menelpon dia. Akhirnya aku punya keberanian untuk mengajak dia bertemu di sebuah café dekat rumahnya. Ia setuju. Sebelum menutup telepon aku mengatakan sesuatu yang bisa berarti ganda tentang pertemuan nanti. Tentang seorang pria yang kutahu sedang tertarik padanya.
15 menit aku sudah berada dalam café yang telah kami sepakati. Aku gemetar, tidak tahu apa yang akan kukatakan nanti. Tak lama dia dating dan menuju ke tempat yang kupesan. Kami sama-sama duduk dan memesan Sprite.

Mungkin café ini bukanlah tempat yang cukup romantis untuk mengungkapkan perasaan pada seorang wanita. Namun pada mala mini hal romantis bukanlah prioritasku. Aku tidak bermaksud melamar dia atau mengatakan bahwa aku tergila-gila padanya, dia juga tidak bereaksi berlebihan. Apa yang akan kukatakan padanya adalah bahwa melalui persahabatan dengannya, aku mulai semakin menghargainya. Aku belum yakin apakah kami akan cocok satu dengan yang lainnya, tapi aku ingin menjajakinya. Aku mengajak dia menjalin hubungan, sebuah tahap baru dalam persahabatan kami. Tujuannya adalah untuk lebih memperdalam hubungan kami sehingga kami sama-sama dapat berdoa dan melihat kemungkinan untuk menikah.

Aku tidak memaksanya untuk menjawab sekarang juga, mungkin dia butuh waktu untuk berdoa dan memutuskan. Dia tidak menjawab apapun. Ia menatap Sprite-nya dan memutar-mutar sedotan. Akhirnya ia menjawab, “Aku bisa saja membuatmu stress kalau aku membiarkan ini mengambang, seperti misteri. Tapi aku sudah bisa menjawab sekarang, aku mau coba deh. Aku nggak mau member kesan seolah-olah aku menganggap ringan atau tidak perlu berdoa dulu untuk hal ini…” ia berhenti. “Sebetulnya aku sudah lama berdoa untuk ini.”
Dia sudah berdoa untukku? Dia sudah lama memikirkanku? Rasanya aku ingin melompat dan berteriak gembira di café ini. Namun aku hanya mengangguk-angguk sambil berkata, “Oo…, bagus.”

Rencana-Nya sungguh luar biasa. Dia bukan hanya mempersiapkan aku tapi juga mempersiapkan dia. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Aku hanya bisa menangis bahagia karena Dia selalu memberiku yang terbaik.

Saat ini aku telah mantap, setelah penantian panjangku, aku yakin inilah waktunya. Waktu untuk mengikat dua hati menjadi satu. Dan sekarang aku sedang menantikan dia menghampiriku yang sudah lama berdiri di samping altar.

It's been in long and winding journey, but I finally here tonight
Picking up the pieces, walking back into the light
Into the sunset of your glory, when my heart and future lies
There's nothing like that feeling when I look into your eyes
My dreams came true when I found you,
I found you my miracle

If you could see what I see
You the answer to my prayers
If you could feel the tenderness I feel
You will know it would be clear my angels brought me here


Standing here before you, feels like I've been born again
Every breathe is your love, every heartbeat speaks your name
My dreams came true when I found you, my miracle

If you could see what I see
You the answer to my prayers
If you could feel the tenderness I feel
You will know it would be clear my angels brought me here

Brought me here to be with you
I'll be forever grateful
Oh forever Faithfull
My dreams came true when I found you, my miracle


If you could see what I see
You the answer to my prayers
If you could feel the tenderness I feel
You will know it would be clear my angels brought me here


Lantunan lagu itu, Angels Brought Me Here, menghantarkan wanitaku menuju altar. Aku menjemputnya, membawanya ke depan altar, dibawah Salib Yesus, Tuhanku. Ya, dialah jawaban dari doa-doaku. Dialah harapanku. Dialah penantianku. Dialah teman dalam penghiburanku. Terima kasih Bapa, Kau berikan dia yang sempurna itu untukku.

'Aku melihat tangan Penciptaku menjadikan aku selagi janin. Tangan yang sama, yang menciptakan bintang dan langit, sedang membentuk aku. Aku diliputi rasa kagum dan penuh syukur.
Aku menangis terharu ketika selanjutnya aku melihat diriku sudah menjadi dewasa - duduk di tengah-tengah telapak tangan-Nya. Lututku mendekap ke dada, kepalaku tengadah kepada Sang Kekasih jiwaku - Dia yang menjadi segalanya bagiku. Hatiku tertuju pada-Nya, hanya kepada-Nya. Tatapan mataku penuh dengan wajah-Nya. Dan Ia tampak begitu bersukacita mendapat seluruh perhatianku, seperti aku sendiri bersukacita. Aku terduduk, tanpa menghiraukan waktu, mengagumi dan bercakap-cakap akrab dengan Juruselamatku. Mataku menikmati Dia. Selagi duduk disitu, aku melihat dari sudut mataku, di tangan-Nya yang satu lagi ada dia. Begitu aku melihat wanita itu, aku tahu siapa dia. Serentak kami melompat dan memandang ke atas, kepada Tuan kami.
"Apakah dia orangnya?"tanyaku.
"Orang yang sedang kutunggu-tunggu? Orang yang juga sedang menanti-nanti diriku? Apakah dia orangnya?"
Aku dapat mendengar wanita itu juga mengajukan pertanyaan yang sama.
"Apakah dia orangnya?Orang yang sedang kutunggu-tunggu? Orang yang juga sedang menanti-nantikan aku?"
Suara kami berdua terdengar penuh gejolak kegembiraan. Tapi tidak dapat dibandingkan dengan sukacita yang terkandung dalam suara Tuhan ketika Ia tersenyum dan berkata,"Ya."
Didekatkan-Nya kedua telapak tangan-Nya, dibuat-Nya kami bergandengan tangan, lalu Dia menaruh kami ke dalam dunia...berdua.'