Start at the beginning, go to the end, then stop. That’s how I write. I write quickly. I don’t try to show how intelligent or how cultivated I am, I just try to share my soul. Sharing is part of life. - Lewis Carroll

Thursday, October 28, 2010

My Diary_10 Oktober 2010_12.56 pm



Malam ini aku terus terjaga, mata memang lelah dan ingin menutup, tapi masih ada hal yang kupikirkan. Suatu perasaan yang campur aduk, antara ingin tertawa tapi ingin menangis juga. Aku merasa ada sesuatu yang salah dengan hatiku ini. Kuputuskan mendengar nyanyian, siapa tahu aku bisa tertidur. Immortality dari Celine Dion, lagu favoritku dengan nada dan lirik yang lembut tapi bermakna dalam.

"I don't let my heart controls my head"


Tiba-tiba lirik itu sangat mengena. Aku tidak bisa membiarkan perasaan mengendalikan pikiranku. Menampik perasaan itu dan aku akan menemukan solusinya. Ya, aku tidak bisa membiarkan perasaan mengambil alih pikiranku. Karena perasaan bisa salah dan bisa jadi itu hanya keegoisanku saja.

Hatiku berdegub kencang, dadaku sesak. Aneh, padahal aku sudah menduganya tapi mengapa waktu kutahu kebenaran itu aku tetap terkejut. Hari ini aku mendengar kabar bahwa dia sedang menyukai seseorang. Seseorang yang kukenal dan dekat dengannya. Aku tidak tahu apakah wanita itu juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Kalau ya, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan.

Aku menuju kamarku dengan langkah berat. Aku tidak tahu apa yang membebaniku. Mungkin karena kebenaran itu. Oh Tuhan, inikah jalan Mu? Tunjukan padaku apa yang harus kulakukan dengan perasaanku.
Tiba-tiba aku teringat kata-kata kakak rohaniku.

"Mengasihi seseorang dengan tulus itu berarti ga menuntut dia bisa membalas apa yang udah kita beri dan ga marah jika dia ga bisa memberi apa yang kita mau."

Ya, benar. Aku tidak perlu marah dan kecewa karena aku bukan siapa-siapanya.
Aku menangis sejadi-jadinya. Ada 2 hal yang membuatku pilu, dia dan juga papaku. Memang sudah jadi kebiasaanku untuk mencurahkan isi hati atau berdialog dengan Dia, Kekasih Jiwaku, Sahabatku. Aku yakin Dia sudah tahu apa yang terjadi sebelum aku menceritakannya, tapi Dia ingin mendengarnya langsung dariku.

Sewaktu aku menceritakan tentangnya, seolah aku ingin berontak dan tidak ingin tahu dengan apa yang baru saja kuketahui. Sebait lirik lagu rohani terlintas dipikiranku dan terus terngiang.

Bagaikan emas yang murni janji Mu ya Tuhan
Tak kan ku takut menghadapi semua badai hidup
Tlah ku lihat perbuatan Mu ajaib
Rencana Mu indah dalam kehidupanku

Engkau mendengar seruan hati yang hancur di hadapan Mu
Engkau menakar air mataku yang haus akan kasih Mu

Biar bumi bergoncang dan badai berlalu
Namun setia Mu slamanya


Ya, hatiku hancur. Aku akui aku patah hati. Membuatku berpikir lagi apakah mungkin Tuhan masih akan menulis cerita cinta untukku atau apakah aku akan hidup sendiri. Tapi Dia mendengar seruanku, Dia tahu hatiku yang hancur dan Dia membentuk kembali hatiku menjadi utuh. Aku percaya masih akan ada kereta yang lewat itu.

Kupejamkan mata, menghela nafas dan menyeka air mataku. Tak lama kuberanikan diri mendoakannya. Tapi kali ini doaku berbeda. Tiap aku berdoa tentangnya aku menginginkan apa yang kumau terjadi. Namun, hal itu tidak kuungkapkan, aku berdoa agar dia bisa menemukan seorang penolong yang baik. Agar dia bisa tetap hidup dalam rencana Nya. Agar dia bisa setia pada janji Nya. Ya, aku mengharapkan yang terbaik bagi hidupnya.
Tidak peduli apakah ada aku atau tidak di dalamnya :)

No comments:

Post a Comment