Start at the beginning, go to the end, then stop. That’s how I write. I write quickly. I don’t try to show how intelligent or how cultivated I am, I just try to share my soul. Sharing is part of life. - Lewis Carroll

Sunday, January 6, 2013

Masalahkah Bila Aku dan Kamu Berbeda?



Ironis bila menyaksikan di tengah masyarakat masih terjadi kesalah pahaman dan pertikaian antara 2 atau lebih suku, ras, dan agama. Sangat disayangkan bila hal itu terus terjadi hanya karena pemikiran dan idealime di masyarakat yang masih konservatif.  Lebih dari 60 tahun Indonesia merdeka tapi pola pikir masyarakat masih primitive bila menyangkut masalah perbedaan SARA. Perbedaan itu menjadi sesuatu yang sangat sakral dan sensitive di kehidupan bermasyarakat. Perhatikan saja alasan-alasan yang kerap kali muncul dan mengakibatkan pertikaian dikarenakan hanya masalah sepele. Padahal sewaktu nenek moyang kita memperjuangkan kemerdekaan, semua rakyat Indonesia terlepas dari suku, ras, agama bahkan keturunan dan pendatang pun bersatu. Lalu mengapa hal itu tidak berlanjut dalam kehidupan yang seharusnya semakin dewasa ini?

Kita sering menggelorakan kesatuan dan persatuan, dengan mengingat kembali semboyan negara kita "Bhineka Tunggal Ika", tapi tetap saja dibawah alam sadar kita menciptakan pengkotakan. Tanpa disadari dalam pergaulan sehari-hari pun kita cenderung memilih siapa yang akan menjadi teman kita, dan fokus kita tentu saja akan memilih teman dengan latar belakang suku atau klan yang sama terlebih dahulu. Bukan hanya dalam pergaulan, di dunia kerja, bisnis, pendidikan, kesehatan, bahkan pemilihan pasangan hidup pun kita cenderung melakukan diskriminasi tersebut dengan alasan "memilih yang latar belakangnya sama akan lebih terpercaya". Padahal teori itu belum tentu benar.

Kita tidak bisa memilih dari keluarga mana kita terlahir, bergender pria atau wanita, siapa orang tua kita, itu adalah bagian dari rahasia Langit. Percaya saja bahwa Tangan Pencipta membentuk kita dengan sempurna dalam perbedaan untuk satu tujuan; harmonisasi. Jadi bila kita ini sama-sama tercipta dari debu dan tanah yang sama, dibentuk khusus dari Tangan yang sama pula, mengapa harus meributkan tentang perbedaan-perbedaan itu?

Bayangkan sebuah tubuh, terdiri dari banyak bagian anggota. Setiap anggota tubuh memang berbeda bentuk dan fungsi, tapi sama-sama membentuk suatu kesatuan. Tidak bisa salah satu anggota tubuh berjalan sendiri dan menganggap dirinya lebih penting dari anggota lain. Justru karena perbedaan itu mereka saling melengkapi dan memberi arti bagi tubuh.

Ini waktunya reformasi bagi pemikiran dan idealisme kuno yang kita miliki. Jusrtu pengkotakan itu akan menghancurkan kita secara perlahan. Ini waktunya kita memodernisasi prinsip. Jangan lagi mempermasalahkan "kita berbeda", tapi mari ciptakan harmonisasi itu. Dengan begitu dunia ini akan lebih indah bukan?


"Apa beda kau dan aku?
Bukankah kita sama-sama tercipta dari debu dan tanah?
Apa beda kau dan aku?
Bukankah kita sama-sama berasal dari hembusan nafas yang sama?
Apa beda kau dan aku?
Bukankah kita sama-sama terlahir di dunia karena suatu tujuan?
Apa beda kau dan aku?
Bukankah kita sama-sama manusia?
Yang membedakan kita hanya gender, latar belakang, bentuk wajah
Aku dan kamu sama, tercipta dari Tangan yang sama
Lalu mengapa kamu masih mempertanyakan dan meragukan diri kita masing-masing?
Kita tidak bisa memilih untuk terlahir seperti apa
Tangan itulah yang membentuk kita sedemikian rupa, menjadikan kita sama-sama sempurna
Jadi jangan terus mempermasalahkan kenapa aku dan kamu berbeda
Kita sama, dihadapan Dia kita adalah ciptaan Nya yang paling berharga
Hargai orang lain meskipun kita berbeda suku, ras, agama, budaya, kebiasaan, bahasa atau apapun
Karena Tuhan juga terlebih dulu mengasihi dan tidak pernah membeda-bedakan kita"


Damailah Indonesiaku, damailah negeriku. Ketahuilah aku dan kamu adalah sama, satu di dalam Dia, Tangan Sang Pencipta. :)


"Tidak ada orang yang lebih hebat daripada dia yang  menghargai diri sendiri sebagai ciptaan yang sempurna dan menghargai orang lain sebagai ciptaan yang sama sempurnanya dengan dirinya sendiri."

No comments:

Post a Comment