Start at the beginning, go to the end, then stop. That’s how I write. I write quickly. I don’t try to show how intelligent or how cultivated I am, I just try to share my soul. Sharing is part of life. - Lewis Carroll

Wednesday, December 12, 2012

Sekolah Kehidupan dalam Kereta



Lima tahun lebih aku menjadi roker mania alias rombongan kereta. Dari mulai masuk kuliah sampai sekarang aku bekerja di daerah Jakarta Pusat. Dari lima tahun itu juga aku dapet banyak pengalaman selama jadi roker (read: rombongan kereta). Aku pernah dicopet waktu pertama kali masuk kuliah, maklum tampang masih lugu dan polos jadi gampang diincer copet. Pernah ngalamin juga terlantar di stasiun berjam-jam karena ga ada kereta sama sekali alias mogok di tengah jalan. Pernah kejebak di tengah rel karena kereta yang aku naikin tiba-tiba mati mendadak. Pernah diturunin di daerah Cilebut dan harus jalan kaki malem-malem sampe ketemu angkot Bogor gara-gara listrik arus atas mati total. Sering ngejer kereta di stasiun Bogor karena telat dateng. Sering berdiri dari Bogor-Jakarta atau sebaliknya karena ga dapet duduk atau ngalah sama ibu hamil. Yaaah bisa dibilang udah akrablah sama yang namanya kereta. Bahkan udah hafal juga jadwal dateng sama berangkatnya, kaya masinis hehehehe.



Aku biasa naik CL AC dan pilih posisi di gerbong wanita, soalnya lebih aman ga ada copet, ga ada yang lirik-lirik kurang ajar, paling juga ngalah sama ibu-ibu yang udah tua atau ibu-ibu hamil sama yang bawa anak kecil. Di atas kereta itu juga terjadi banyak hal yang lucu, heboh, ngeselin, bikin keki, terharu, dll deh kaya nano-nano. Di dalem kereta juga banyak orang dengan karakter, wajah, postur tubuh, suara dan style yang unik. Dari yang cantik sampe biasa aja, dari yang glamour sampe sederhana banget, dari yang pake high heels sampe sendal swallow, dari yang tua sampe muda, pokonya beraneka ragam jenis deh. Dan banyak cerita unik yang terjadi.



Salah satunya waktu aku naik kereta ke arah Bogor mau pulang. Agak padet waktu itu soalnya hari Jumat jadi orang-orang yang ngekos pasti pulang ke rumahnya. Waktu masuk ke dalem kereta aku langsung ambil posisi yang masih kosong, aku berdiri di depan cewe ya lumayan cantiklah dengan rambut panjang terurai. 20 menit aku masih biasa aja berdiri di depan dia, tapi tiba-tiba aku liat sesuatu merayap-rayap dari rambutnya. Aku kepo dunk itu apaan sih, aku liatin terus dan ternyata itu KUTU!!! Aaaaagggghhh sontak aku langsung mundur beberapa centi. Aku terus perhatiin tuh kutu jangan sampe terbang kemana-mana. Lama aku terus perhatiin tiba-tiba kutunya bermultiplikasi jadi 2 sampe 3 aaaaggghhhh. Bener-bener salah posisi banget, mau pindah udah penuh, mau mundur juga ada orang. Ya udahlah terpaksa aku tetep disitu sambil perhatiin kutu-kutu tadi jangan sampe terbang. Huuuuffff.



Ada lagi cerita unik lainnya, pagi itu rasanya aku masih sangat mengantuk, mungkin efek tidur malem. Aku sengaja pergi lebih awal supaya bisa dapet duduk di kereta dan aku bisa tidur. Beruntung jalanan agak lenggang dan aku bisa datang sebelum kereta yang biasa aku naiki datang. Aku segera mencari posisi di pinggir supaya bisa sandaran dan bersiap tidur. Bogor sampai Depok sepertinya tanpa sadar aku tertidur pulas di kereta. Aku tidak mendengar apa-apa dan sempat bermimpi hahahahaha. Tapi sejenak aku terbangun. Dua ibu paruh baya di sebelahku asik ngobrol dengan suara keras, tertawa dan saling bercerita. What the..... hmmmmm aku langsung mengambil earphone dan memasang lagu agak kencang supaya suara ibu-ibu itu ga kedengaran. Tapi mereka lebih dasyat, kayanya pake speaker deh tuh ngobrolnya :(. Dan pagi itu aku tidak jadi tidur pulas dan bekerja dengan mata sembab.



Baru-baru ini nih hot issue seputar perkereta apian adalah bencana longsor di sekitar daerah Cilebut – Bojong Gede. Entah karena usia rel yang usang atau karena faktor alam alias hujan besar sepanjang hari di Bogor atau karena daerah itu rawan longsor, alhasil jalur kereta Bogor – Bojong ga bisa dilalui. Dan efeknya para roker Bogor dan Cilebut sengsara. Terlantar begitu saja tanpa ada kereta pulang. Yang lebih ajaibnya pihak KAI mengistimasi waktu perbaikan rel yang terputus itu kira-kira 1 bulan. Hik hik hik hik hik :’(.



So, setiap pagi kalau mau pergi dan pulang kerja harus dari Bojong Gede. Lagi-lagi penderitaan belum berakhir, cari angkutan ke Bojong juga perlu perjuangan, bermacet-macet ria, berebut dengan roker lain yang sama menderitanya, belum lagi ongkos yang lebih mahal. Begitulah keseharian yang dialami para roker asal Bogor dan sekitarnya selama kurang lebih 3 minggu. Udah terbiasa pulang diatas jam 10 malam, sampai satpam rumah juga udah hafal aku pulang malam terus :D.



Ya menjadi roker adalah pilihan, dan aku harus siap dengan semua resiko yang terjadi. Namun, aku belajar banyak hal dari situ, aku belajar tentang sekolah kehidupan. Ada aja cerita berbeda setiap harinya dan kayanya aku sudah hampir hafal alias terbiasa. Tapi menyenangkan juga karena dari semua yang terjadi itu aku belajar banyak hal. Aku belajar untuk sabar (ga marah waktu kaki keinjek atau kepala kena sikut atau kedorong-dorong), belajar untuk berbagi (ngalah sama ibu hamil, anak kecil, orang tua), belajar untuk mengendalikan emosi (waktu mulai tercium bau-bau aneh alias bau ketek atau kentut atau sejenisnya hahahahaha), belajar untuk pasrah dan berharap (waktu kereta tiba-tiba berhenti di tengah jalan tanpa penjelasan kenapa dan kepastian sampai kapan), dll.



Apapun yang sudah terjadi kita ambil positifnya aja dan jadikan itu pengalaman yang menarik. Menyesal dan mengeluh ga menjadikan keadaan lebih baik juga, yang terpenting adalah respon kita. So, apapun yang terjadi aku tetap memilih menjadi roker mania dan ga berpikir untuk berpindah cari alternatif angkutan lain. Soalnya udah akrab dan jadi soulmate kereta sih hehehehehehe….



Ini ceritaku, apa ceritamu? :)

No comments:

Post a Comment