Start at the beginning, go to the end, then stop. That’s how I write. I write quickly. I don’t try to show how intelligent or how cultivated I am, I just try to share my soul. Sharing is part of life. - Lewis Carroll

Wednesday, March 21, 2012

Beberapa Kutipan: The Fifth Mountain: A Struggle of the Spirit and a Search for the Truth , Paolo Coelho

Siapa yang tidak mengenal penulis best seller, Paolo Coelho?
Paulo Coelho adalah salah satu penulis yang paling banyak dibaca di dunia. Buku-bukunya telah terjual lebih dari 100 juta kopi di seluruh dunia, telah diterjemahkan ke dalam 68 bahasa, dan telah diterbitkan di 150 negara. Ia seorang yang senang berbagai inspirasi lewat karya-karyanya. Sudah banyak buku-bukunya yang menjadi best seller, diantaranya The Alchemist.

Aku bukan tipe orang yang senang menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca dan terpaku pada sebuah buku. Rasanya membosankan, apalagi kalau endingnya ga sesuai dengan harapan. Tapi karya-karya dari Paolo Coelho mampu membuat aku terpesona. Dari buku pertamanya yang aku baca, The Alchemist, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Ya meskipun cara penyampain dan pilihan bahasanya yang agak berat, tapi setiap alur dan pesan cerita tersampaikan.

Paolo Coelho sering mengambil tema yang tidak mengawang-awang. Dari kejadian sehari-hari atau peristiwa yang pernah dialami seseorang mampu dibuatnya menjadi sebuah tulisan yang mengagumkan. Salah satu buku favoritku yang dihasilkannya adalah The Fifth Mountain. Dimana inti cerita diambil dari tokoh Alkitab, yaitu nabi Elia. Menceritakan tentang bagaimana Tuhan memanggil dia untuk suatu misi dan mimpi membawa Israel kepada pertobatan, juga bagaimana konflik batin yang dialami Elia selama ia menjalankan misi itu, pembahasan bagaimana Elia melarikan diri dari Ahab dan Izebel yang ingin membunuh semua nabi Allah, termasuk Elia, pergumulannya ketika tinggal dengan bangsa Libanon, perjalanannya menuju istana Ahab dan bagaimana Elia mampu menyelesaikan misinya dengan baik. Dikemas dengan ulasan sederhana yang mampu membuat kita merasakan apa yang dialami Elia. Setiap konflik batin dan ketegangan bisa kita rasakan saat membaca bukunya. Selain itu juga banyak kalimat-kalimat yang bisa menguatkan dan bermakna dalam.

Berikut beberapa kutipan yang aku ambil dari The Fifth Mountain:



Setiap kali saya menganggap diri saya berhasil menguasai suatu situasi sepenuhnya, ada saja yang terjadi dan membuat saya terpuruk. Maka saya pun bertanya-tanya sendiri: mengapa? Mungkinkah saya ditakdirkan untuk selalu nyaris mencapai garis finish, tanpa pernah benar-benar melewatinya? Mungkinkah Tuhan begitu kejamnya, membiarkan saya melihat pohon-pohon palem di cakrawala sana, namun membiarkan saya mati kehausan di padang pasir?

…pengajaran tidak perlu dikaitkan dengan kepedihan dan penderitaan; disiplin dan menaruh perhatian saja sudah cukup. Tuhan adalah Tuhan. Tuhan maha kuasa. Kalau Dia membatasi diri-Nya hanya dengan melakukan apa-apa yang baik, Dia tidak bisa disebut Maha Kuasa…

Kalau aku harus mati, janganlah kiranya maut mendatangiku dari belakang. Manusia ditakdirkan untuk mengingkari takdirnya.

Barangkali manusia mengingkari takdirnya karena Tuhan tidak terasa lebih dekat. Dalam hati manusia DIA telah menempatkan mimpi akan suatu masa ketika segala sesuatunya mungkin terlaksana — kemudia DIA pergi menyibukkan diri dengan hal-hal lain. Dunia mengubah dirinya sendiri, kehidupan semakin sulit, namun Tuhan tidak pernah kembali untuk mengubah mimpi-mimpi manusia.

..dua kelompok: mereka yang menjalani pekerjaannya dengan suka cita, dan mereka yang mengeluhkan pekerjaannya. Orang yang berjalan menyongsong takdirnya seringkali diharuskan berpindah jalur. Rahasianya cuma satu: jangan menyerah! Di dalam diriku ternyata bersemayam jiwa yang lebih mulia daripada yang kukira.

..janganlah engkau menghancurkan sebelum belajar membangun kembali. Setelah berhasil mengatasinya, barulah kita mengerti, mengapa kita diberi cobaan-cobaan…

Semua orang berhak meragukan tugas yang diperintahkan kepadanya, dan mengabaikannya sesekali, namun dia tidak boleh melupakannya. Sebab siapa pun yang tidak meragukan dirinya sendiri berarti tidak layak —sebab dengan keyakinan penuh akan kemampuannya, berarti dia telah berbuat dosa kesombongan. Diberkatilah mereka yang mengalami saat-saat ragu. Begitu pula halnya seluruh Ciptaan: mereka merupakan cerminan wajah berbeda dari Tuhan yang sama.

Pejuang yang hebat adalah yang berhasil mengubah musuh menjadi sahabat.

Apa pentingnya matahari yang bergerak sendirian di langit sana? Apa pentingnya gunung yang menjulang di tengah-tengah lembah? Apa pentingnya kehadiran sumur terpencil di suatu daerah? Tapi justru merekalah yang menunjukkan jalan kepada rombongan karavan.

".. Tidak ada tragedi, yang ada hanyalah yang tak terhindarkan. Segala sesuatu ada alasannya: engkau tinggal memiliah-milah mana yang sementara dan mana yang abadi."

"Manakah yang sementara?"

"Yang tak terhindarkan.”

"Pelajaran-pelajaran yang dipetik dari yang tak terhindarkan itu."

Kalian semua begitu terpaku pada tata cara, sampai-sampai melupakan bahwa zaman sudah berubah. Kalau harapan sudah tidak ada lagi, buat apa membuang-buang tenaga untuk melawan hal yang mustahil. Cukuplah kalau kita menyadari bahwa hari ini kita menjalani hidup dengan kekuatan yang sama seperti hari sebelumnya. Dan kita manfaatkan itu sebaik-baiknya.

Kalau engkau tidak puas dengan masa lalumu, lupakanlah sekarang… Bayangkan sebuah kisah baru tentang hidupmu, dan yakinlah. Pusatkan pikiranmu hanya pada saat-saat engkau memperoleh apa yang kauidamkan. Kekuatan ini akan membantumu meraih yang kauinginkan. Segala sesuatu yang seharusnya bisa terjadi, tapi tidak terjadi, tak ada gunanya dibicarakan lagi.

Ada tiga hal yang bisa dipelajari orang dewasa dari anak kecil: merasa bahagia tanpa alasan, selalu sibuk dan ada saja yang dikerjakan, dan bagaimana menuntut sekuat tenaga agar keinginannya dikabulkan.

..agar orang-orang tidak lupa: kadang-kadang kita perlu bergulat dengan Tuhan.

"Buat apa kita membantu pihak musuh?"

"Supaya hidup kita masing-masing mempunyai makna. Musuh hanyalah alat untuk menguji kekuatan kita."

Tapi Tuhan selalu memberikan kesempatan kedua…

DIA pasti sudah berusaha menggunakan cara-cara lain, tapi ternyata kita tidak mau mendengar. Kita sudah terlalu terbiasa dengan hidup kita, dan tidak mau lagi membaca sabda-sabda-NYA. Kesedihan tidak akan bertahan lama kalau kita melangkah ke arah yang sejak dulu kita impikan. Ubahlah kalau begitu. Jangan biarkan ada kemandegan. Tuhan tidak pernah memilih secara acak tempat-tempat yang telah ditentukann-NYA untuk didiami manusia.

No comments:

Post a Comment