Start at the beginning, go to the end, then stop. That’s how I write. I write quickly. I don’t try to show how intelligent or how cultivated I am, I just try to share my soul. Sharing is part of life. - Lewis Carroll

Sunday, June 16, 2013

Apa Arti Hidup?



Apa arti hidup itu? Apakah hanya sebatas dilahirkan ke dunia, tumbuh besar, menjadi dewasa, bekerja, menikah, berkeluarga, menjadi tua, sakit, lalu berakhir di pemakaman?
Apa arti hidup kalau hanya begitu? Pernahkah terbersit selintas dalam benak kita pertanyaan-pertanyaan tadi? Inilah juga yang terus berputar dalam otakku, untuk apa sebenarnya aku ada di dunia?

Tidak bisa dipungkiri siklus kehidupan memang berjalan seperti itu adanya. Kita tidak bisa menampik bahwa memang sudah menjadi sebuah proses alami yang akan setiap manusia jalani. Tapi apakah benar hidup hanya sebatas itu saja? Tidak adakah hal lain yang bisa membuat hidup ini lebih berwarna?

Beberapa orang yang aku kenal menjalani hidup sesuai dengan siklus kehidupan - tidak ada yang salah dengan itu. Tapi setelah kuamati kemudian ternyata mereka menjalani hidup hanya sebagai rutinitas dan mereka mulai jenuh. Mereka mengeluh sepanjang hari tentang pekerjaan mereka, keluarga mereka, tetangga mereka, keuangan mereka, dll. Mereka mengakui hidupnya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Dan kejenuhan membawa mereka pada tahap depresi burn out. Mereka tidak lagi memandang hidup dengan optimis dan bahagia, malah beberapa menginginkan hidupnya untuk cepat berakhir.

Aku tidak ingin terjebak dalam siklus kehidupan yang seperti itu. Aku tidak ingin menjadi burn out. Aku ingin memberi warna lain dalam kehidupanku, memberi arti hidup bagi orang lain juga. Aku sadari memang siklus kehidupan akan terus seperti itu dan aku tidak bisa mencegah atau mengubahnya. Tetapi aku bisa menambahkan sesuatu dalam siklus tersebut. Membuat siklus itu berbeda dan lebih berarti.

Inilah yang aku lakukan hari-hari ini, diawali dari mimpi, menulisakannya, membawanya dalam setiap doaku, dan bertindak. Aku mengimani bahwa ketika kita memberi diri dan hidup kita untuk orang lain maka kita akan terus bersemangat. Berbeda ketika kita terus menerus memikirkan kepentingan kita sendiri, depresi atau burn out akan lebih cepat hinggap dalam benak kita. Dan yang paling penting, kita harus tahu tujuan untuk apa kita ada di dunia ini, bukan sekedar hanya untuk menambah populasi dunia.

Pernah dengar sebelumnya tentang kisah seekor anak elang yang hidup dan besar dalam kumpulan ayam?
Suatu hari seorang peternak menaruh sebutir telur burung elang dalam kandang ayam. Si induk ayam tidak mengetahui bahwa di dalam sarangnya terdapat telur elang. Singkat cerita telur itu menetas bersamaan dengan telur lain, dan anak elang itu tumbuh besar bersama anak-anak ayam lainnya.

Setiap hari anak elang itu mencari makan bersama-sama, tidur bersama, dan cara hidupnya pun sama dengan para ayam. Ia tidak tahu bahwa ia seekor elang dan meyakini dirinya, ia adalah ayam, sama seperti saudara-saudaranya.

Suatu hari ketika mereka sedang mencari makan di ladang, kumpulan elang terbang tinggi di angkasa. Si anak elang terpana melihat mereka dan berkata kepada satu saudara ayamnya, "Apakah aku bisa seperti mereka?"
"Jangan bermimpi, kita ini ayam dan ayam tidak bisa terbang!"
Dan si anak elang itu pun mengubur mimpinya, menjalani hidup seperti layaknya 'ayam' sampai ia mati. Tanpa mengetahui bahwa ia sebenarnya adalah elang, raja angkasa.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita akan membiarkan mimpi-mimpi kita terkubur begitu saja? Apakah kita akan membiarkan hidup kita berakhir seperti 'kebanyakan orang'? Membiarkan begitu saja jati diri kita dan tidak mau mencari tahu apa tujuan hidup kita? Apa bedanya dengan si elang kalau begitu?

Mulailah bermimpi, bertanya dalam hati kecil apa yang menjadi tujuan hidupku. Dan bertindak, sebab tanpa tindakan iman pun sia-sia. Memang dalam perjalanan menuju mimpi itu ada saja yang membuat kita untuk berkata: sebaiknya kau sudahi atau sebaiknya kau menyerah atau sebaiknya kau tidak mengikuti mimpimu. Tapi itu hanya berlaku untuk Si Pecundang. Karena seseorang yang berani bermimpi dan mewujudkannya - meskipun tahu ada banyak resiko dan tantangan - tapi terus memberikan yang terbaik untuk mimpinya adalah seorang Ksatria Sejati.

Aku pun terus melakukan apa yang dikatakan hatiku, berusaha sebaiknya untuk mewujudkan mimpi itu. Aku sadari tidak mungkin aku bisa melewatinya sendiri, sebab itu aku perlu Tangan Tuhan. Menyerahkan semua mimpiku padaNya dan membiarkan Dia bertindak ketika aku sudah kehabisan akal.

Dan bila hari itu tiba, hari dimana itu menjadi akhir dari proses siklus kehidupanku, aku akan terbaring dalam peristirahatan terakhirku dengan penuh senyum kebanggaan. Karena aku telah berhasil menambahkan warna dalam siklus kehidupanku dan berhasil mewujudkan mimpi yang memberi arti hidup juga untuk orang lain.


"Bermimpilah untuk apa yang kamu inginkan, pergilah kemanapun kamu ingin pergi. Karena kamu hanya punya satu kesempatan untuk hidup. Dan satu perubahan untuk melakukan hal-hal yang kamu inginkan."
Paulo Coelho dalam Apa yang Aku Pelajari dari Hidup

No comments:

Post a Comment