Apa
arti hidup itu? Apakah hanya sebatas dilahirkan ke dunia, tumbuh besar, menjadi
dewasa, bekerja, menikah, berkeluarga, menjadi tua, sakit, lalu berakhir di
pemakaman?
Apa
arti hidup kalau hanya begitu? Pernahkah terbersit selintas dalam benak kita
pertanyaan-pertanyaan tadi? Inilah juga yang terus berputar dalam otakku, untuk
apa sebenarnya aku ada di dunia?
Tidak
bisa dipungkiri siklus kehidupan memang berjalan seperti itu adanya. Kita tidak
bisa menampik bahwa memang sudah menjadi sebuah proses alami yang akan setiap
manusia jalani. Tapi apakah benar hidup hanya sebatas itu saja? Tidak adakah
hal lain yang bisa membuat hidup ini lebih berwarna?
Beberapa
orang yang aku kenal menjalani hidup sesuai dengan siklus kehidupan - tidak ada
yang salah dengan itu. Tapi setelah kuamati kemudian ternyata mereka menjalani
hidup hanya sebagai rutinitas dan mereka mulai jenuh. Mereka mengeluh sepanjang
hari tentang pekerjaan mereka, keluarga mereka, tetangga mereka, keuangan
mereka, dll. Mereka mengakui hidupnya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Dan
kejenuhan membawa mereka pada tahap depresi – burn out. Mereka tidak lagi memandang hidup dengan
optimis dan bahagia, malah beberapa menginginkan hidupnya untuk cepat berakhir.
Aku
tidak ingin terjebak dalam siklus kehidupan yang seperti itu. Aku tidak ingin
menjadi burn out. Aku ingin memberi warna lain dalam kehidupanku, memberi arti
hidup bagi orang lain juga. Aku sadari memang siklus kehidupan akan terus
seperti itu dan aku tidak bisa mencegah atau mengubahnya. Tetapi aku bisa
menambahkan sesuatu dalam siklus tersebut. Membuat siklus itu berbeda dan lebih
berarti.
Inilah
yang aku lakukan hari-hari ini, diawali dari mimpi, menulisakannya, membawanya
dalam setiap doaku, dan bertindak. Aku mengimani bahwa ketika kita memberi diri
dan hidup kita untuk orang lain maka kita akan terus bersemangat. Berbeda ketika
kita terus menerus memikirkan kepentingan kita sendiri, depresi atau burn out
akan lebih cepat hinggap dalam benak kita. Dan yang paling penting, kita harus
tahu tujuan untuk apa kita ada di dunia ini, bukan sekedar hanya untuk menambah
populasi dunia.
Pernah
dengar sebelumnya tentang kisah seekor anak elang yang hidup dan besar dalam
kumpulan ayam?
Suatu
hari seorang peternak menaruh sebutir telur burung elang dalam kandang ayam. Si
induk ayam tidak mengetahui bahwa di dalam sarangnya terdapat telur elang.
Singkat cerita telur itu menetas bersamaan dengan telur lain, dan anak elang
itu tumbuh besar bersama anak-anak ayam lainnya.
Setiap
hari anak elang itu mencari makan bersama-sama, tidur bersama, dan cara
hidupnya pun sama dengan para ayam. Ia tidak tahu bahwa ia seekor elang dan
meyakini dirinya, ia adalah ayam, sama seperti saudara-saudaranya.
Suatu
hari ketika mereka sedang mencari makan di ladang, kumpulan elang terbang
tinggi di angkasa. Si anak elang terpana melihat mereka dan berkata kepada satu
saudara ayamnya, "Apakah aku bisa seperti mereka?"
"Jangan
bermimpi, kita ini ayam dan ayam tidak bisa terbang!"
Dan
si anak elang itu pun mengubur mimpinya, menjalani hidup seperti layaknya
'ayam' sampai ia mati. Tanpa mengetahui bahwa ia sebenarnya adalah elang, raja
angkasa.
Bagaimana
dengan kita? Apakah kita akan membiarkan mimpi-mimpi kita terkubur begitu saja?
Apakah kita akan membiarkan hidup kita berakhir seperti 'kebanyakan orang'?
Membiarkan begitu saja jati diri kita dan tidak mau mencari tahu apa tujuan
hidup kita? Apa bedanya dengan si elang kalau begitu?
Mulailah
bermimpi, bertanya dalam hati kecil apa yang menjadi tujuan hidupku. Dan
bertindak, sebab tanpa tindakan iman pun sia-sia. Memang
dalam perjalanan menuju mimpi itu ada saja yang membuat kita untuk berkata:
sebaiknya kau sudahi atau sebaiknya kau menyerah atau sebaiknya kau tidak
mengikuti mimpimu. Tapi itu hanya berlaku untuk Si Pecundang. Karena seseorang
yang berani bermimpi dan mewujudkannya - meskipun tahu ada banyak resiko dan
tantangan - tapi terus memberikan yang terbaik untuk mimpinya adalah seorang
Ksatria Sejati.
Aku
pun terus melakukan apa yang dikatakan hatiku, berusaha sebaiknya untuk
mewujudkan mimpi itu. Aku sadari tidak mungkin aku bisa melewatinya sendiri,
sebab itu aku perlu Tangan Tuhan. Menyerahkan semua mimpiku padaNya dan
membiarkan Dia bertindak ketika aku sudah kehabisan akal.
Dan
bila hari itu tiba, hari dimana itu menjadi akhir dari proses siklus
kehidupanku, aku akan terbaring dalam peristirahatan terakhirku dengan penuh
senyum kebanggaan. Karena aku telah berhasil menambahkan warna dalam siklus
kehidupanku dan berhasil mewujudkan mimpi yang memberi arti hidup juga untuk
orang lain.
"Bermimpilah untuk apa yang kamu inginkan, pergilah kemanapun kamu ingin pergi. Karena kamu hanya punya satu kesempatan untuk hidup. Dan satu perubahan untuk melakukan hal-hal yang kamu inginkan."Paulo Coelho dalam Apa yang Aku Pelajari dari Hidup
No comments:
Post a Comment