Start at the beginning, go to the end, then stop. That’s how I write. I write quickly. I don’t try to show how intelligent or how cultivated I am, I just try to share my soul. Sharing is part of life. - Lewis Carroll

Tuesday, February 26, 2013

Lepaskan Pria Itu!


Diam-diam aku memperhatikan dirinya. Entah mengapa aku merasa dia berbeda. Setiap kali aku bertemu dengannya aku merasa bahagia dan tidak ingin berpisah. Mungkinkah aku telah jatuh cinta?
  
Awalnya aku merasa sangat yakin bahwa dialah orang yang tepat. Suatu hari aku berani membawa dia dalam doaku, tapi Tuhan diam. Lalu aku terus mendoakannya berulang-ulang, Tuhan tetap diam. Aku menceritakan hal ini pada sahabat dan pembinaku, mereka menyarankan untuk sabar menunggu waktu Tuhan, kembali berdoa dan bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Tapi aku tidak serius mendengarkan nasihat mereka. Aku melakukan apa yang menurutku benar, berdalih kalau itu sesuai dengan apa yang Tuhan sampaikan dalam doaku. Semakin lama aku terus memikirkannya dan tanpa kusadari aku telah bergantung pada dia. Aku terus menantikan dia, selalu ada alasan untuk bisa melihatnya, dan hal konyol lain yang aku lakukan. Celakanya aku sudah benar-benar terjerat dalam cinta buta dan kehilangan akal sehatku.

Beberapa tahun berlalu, aku terus menanti dan mendoakannya tapi jawaban Tuhan masih sama, diam. Orang-orang terdekatku sudah sering memperingatkanku untuk berhenti berharap. Tapi aku sudah bebal rasanya. Aku terus melakukan apa yang diinginkan hatiku meskipun tahu Tuhan memintaku untuk berhenti.

Lama kelamaan aku mulai lelah dengan pikiran dan perasaan tertuduh dalam hatiku. Aku telah sangat jauh melangkah dan telah mengandalkan diriku sendiri. Berulang kali aku memohon pada Tuhan untuk melembutkan hatiku, dan berulang kali juga aku kembali ke lubang yang sama. Dan waktu terus bergulir.

Hingga pada akhirnya Tuhan jelas sekali menamparku dengan keras. Suatu pernyataan Nya yang tidak akan pernah aku lupakan. Malam itu ketika aku kembali berdoa untuknya, pertama kalinya Tuhan berkata padaku.

“Lepaskan pria itu!”

Kenapa? Kenapa aku harus melepaskannya? Dia seorang pria berkarakter dan hidup takut akan Tuhan. Tidak ada alasan bagiku untuk melepaskannya.

Tapi Tuhan berkata sekali lagi,

“Lepaskan dia atau kamu selamanya tidak akan melihat rencana Ku tergenapi dalam hidupmu!”

Bukan itu jawaban yang ingin aku dengar. Aku menangis sejadi-jadinya, aku merasa Tuhan tidak berpihak padaku.
Beberapa hari kemudian aku lewati hari-hariku tanpa berkomunikasi dengan Tuhan. Aku mengasingkan diri dan menajuh dari persekutuan dengan Nya. Aku semakin lemah dan mudah terjatuh dalam dosa. Aku mulai malas beribadah, menghadiri pertemuan gereja, bertemu sahabat-sahabat, dan aku mulai menarik diri. Aku terus merenungkan pernyataan Tuhan dan terus menolak kenyataan.

Sampai suatu hari, sepertinya Tuhan yang merencanakan ini semua, pria itu berkata dia hanya menganggapku sebatas teman, tidak lebih. Wow! Aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya tersenyum.

Seperti ada ribuan panah yang tertancap di dada, aku tidak sanggup bangkit lagi. Aku patah hati. Ketika itu Tuhan menghampiriku, aku merasakan pelukan Nya, dan menghapus air mataku. Aku hancur hati, aku akui aku telah menjadi bebal dan sombong. Aku tidak mengikuti perkataan Nya dan terus mengandalkan pemikiranku sendiri. Dia mengingatkanku pada sebuah ayat dalam Yunus 2 dan menguatkanku lagi.



“Ketika aku merasa aku sudah terhempas dari harapanku.

Ketika aku merasa aku sudah jatuh ke dalam jurang.

Ketika aku merasa aku terbelenggu dalam cinta yang tidak pasti.

Aku selalu bertanya.

Aku selalu ragu.

Aku selalu ingin tau.

Dan saat ini aku tau, Tuhan menegurku.

Dia sengaja menghempaskanku.

Supaya aku tersadar dan kembali menatap padaNya.

Aku tau masa depan untukku masih ada.

Aku tau masih ada seorang pria yang akan mencintai aku, meskipun bukan dia.

Ampuni aku Tuhan kalau telah terlalu lama aku memberhalakan dia.

Dan menomor duakan Engkau.

Aku akan setia dan sabar.

Karena pria itu sudah ada di depanku hanya masih Kau sembunyikan.

Dan Kau taruh di tempat yang aman.

Pulihkan aku dan buat aku dapat mempercayai Mu sepenuh hatiku.

Amin.”


Perlahan Tuhan memulihkan hatiku dan aku mulai bisa move on. Semua hal yang terjadi bukan karena Tuhan jahat tapi karena Dia begitu mengasihiku. Dia punya rencana yang lebih baik dari yang aku pikirkan. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28).”

Kini aku menjalani hidupku dengan sukacita daripada Tuhan dan keyakinan penuh bahwa Dia yang akan menjaga setiap langkahku. Aku tidak akan takut dan kuatir. “Karena masa depanku sungguh ada dan harapanku tidak akan hilang (Amsal 23:18).” Aku mampu menata kembali hati dan hidupku.
Yesaya 51

51:3, "Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring."


Tuhan berjanji untuk segera menggenapi janji Nya. Aku tau semua yang aku lakukan tidak ada yang sia-sia. Semua padang gurun dan pedang belantara ketika aku harus sadar bahwa kenyataan tidak seperti yang aku mau, akan Dia ganti dengan sukacita. Tidak ada lagi air mata, kekecewaan, kesedihan, patah hati atau apapun yang buat aku lemah. Tapi aku akan menjadi penuh ucapan syukur dan pujian hanya bagi Dia.

Ketika apa yang Tuhan buat sepertinya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, bukan karena Dia sengaja menyakiti kita atau ingin melihat kita hancur. Kadang kita lupa bahwa rencana kita sebatas apa yang kita lihat, tapi rencana Tuhan tidak terbatas. Dan ketika kita berani mengikuti kehendak Nya, melepaskan hak (keinginan hati), merelakan dan mengampuni, kita akan menemukan diri kita sendiri di dalam Tuhan.

No comments:

Post a Comment