Diam-diam
aku memperhatikan dirinya. Entah mengapa aku merasa dia berbeda. Setiap kali
aku bertemu dengannya aku merasa bahagia dan tidak ingin berpisah. Mungkinkah
aku telah jatuh cinta?
Awalnya
aku merasa sangat yakin bahwa dialah orang yang tepat. Suatu hari aku berani
membawa dia dalam doaku, tapi Tuhan diam. Lalu aku terus mendoakannya
berulang-ulang, Tuhan tetap diam. Aku menceritakan hal ini pada sahabat dan
pembinaku, mereka menyarankan untuk sabar menunggu waktu Tuhan, kembali berdoa
dan bersiap untuk kemungkinan terburuk.
Tapi aku
tidak serius mendengarkan nasihat mereka. Aku melakukan apa yang menurutku
benar, berdalih kalau itu sesuai dengan apa yang Tuhan sampaikan dalam doaku.
Semakin lama aku terus memikirkannya dan tanpa kusadari aku telah bergantung
pada dia. Aku terus menantikan dia, selalu ada alasan untuk bisa melihatnya,
dan hal konyol lain yang aku lakukan. Celakanya aku sudah benar-benar terjerat
dalam cinta buta dan kehilangan akal sehatku.
Beberapa
tahun berlalu, aku terus menanti dan mendoakannya tapi jawaban Tuhan masih
sama, diam. Orang-orang terdekatku sudah sering memperingatkanku untuk berhenti
berharap. Tapi aku sudah bebal rasanya. Aku terus melakukan apa yang diinginkan
hatiku meskipun tahu Tuhan memintaku untuk berhenti.
Lama
kelamaan aku mulai lelah dengan pikiran dan perasaan tertuduh dalam hatiku. Aku
telah sangat jauh melangkah dan telah mengandalkan diriku sendiri. Berulang
kali aku memohon pada Tuhan untuk melembutkan hatiku, dan berulang kali juga
aku kembali ke lubang yang sama. Dan waktu terus bergulir.
Hingga
pada akhirnya Tuhan jelas sekali menamparku dengan keras. Suatu pernyataan Nya
yang tidak akan pernah aku lupakan. Malam itu ketika aku kembali berdoa
untuknya, pertama kalinya Tuhan berkata padaku.
“Lepaskan
pria itu!”
Kenapa?
Kenapa aku harus melepaskannya? Dia seorang pria berkarakter dan hidup takut
akan Tuhan. Tidak ada alasan bagiku untuk melepaskannya.
Tapi
Tuhan berkata sekali lagi,
“Lepaskan
dia atau kamu selamanya tidak akan melihat rencana Ku tergenapi dalam hidupmu!”
Bukan itu
jawaban yang ingin aku dengar. Aku menangis sejadi-jadinya, aku merasa Tuhan
tidak berpihak padaku.
Beberapa
hari kemudian aku lewati hari-hariku tanpa berkomunikasi dengan Tuhan. Aku
mengasingkan diri dan menajuh dari persekutuan dengan Nya. Aku semakin lemah
dan mudah terjatuh dalam dosa. Aku mulai malas beribadah, menghadiri pertemuan
gereja, bertemu sahabat-sahabat, dan aku mulai menarik diri. Aku terus
merenungkan pernyataan Tuhan dan terus menolak kenyataan.
Sampai
suatu hari, sepertinya Tuhan yang merencanakan ini semua, pria itu berkata dia
hanya menganggapku sebatas teman, tidak lebih. Wow! Aku tidak bisa berkata
apa-apa, hanya tersenyum.
Seperti
ada ribuan panah yang tertancap di dada, aku tidak sanggup bangkit lagi. Aku
patah hati. Ketika itu Tuhan menghampiriku, aku merasakan pelukan Nya, dan
menghapus air mataku. Aku hancur hati, aku akui aku telah menjadi bebal dan
sombong. Aku tidak mengikuti perkataan Nya dan terus mengandalkan pemikiranku
sendiri. Dia mengingatkanku pada sebuah ayat dalam Yunus 2 dan menguatkanku lagi.
“Ketika aku merasa aku
sudah terhempas dari harapanku.
Ketika aku merasa aku
sudah jatuh ke dalam jurang.
Ketika aku merasa aku
terbelenggu dalam cinta yang tidak pasti.
Aku selalu bertanya.
Aku selalu ragu.
Aku selalu ingin tau.
Dan saat ini aku tau,
Tuhan menegurku.
Dia sengaja menghempaskanku.
Supaya aku tersadar dan
kembali menatap padaNya.
Aku tau masa depan untukku
masih ada.
Aku tau masih ada seorang
pria yang akan mencintai aku, meskipun bukan dia.
Ampuni aku Tuhan kalau
telah terlalu lama aku memberhalakan dia.
Dan menomor duakan Engkau.
Aku akan setia dan sabar.
Karena pria itu sudah ada
di depanku hanya masih Kau sembunyikan.
Dan Kau taruh di tempat
yang aman.
Pulihkan aku dan buat aku
dapat mempercayai Mu sepenuh hatiku.
Amin.”
Perlahan Tuhan memulihkan hatiku dan aku mulai bisa move on. Semua hal yang terjadi bukan karena Tuhan jahat tapi karena Dia begitu mengasihiku. Dia punya rencana yang lebih baik dari yang aku pikirkan. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28).”
Kini aku
menjalani hidupku dengan sukacita daripada Tuhan dan keyakinan penuh bahwa Dia
yang akan menjaga setiap langkahku. Aku tidak akan takut dan kuatir. “Karena
masa depanku sungguh ada dan harapanku tidak akan hilang (Amsal 23:18).” Aku
mampu menata kembali hati dan hidupku.
Yesaya 51
51:3,
"Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat
padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN.
Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang
nyaring."
Tuhan
berjanji untuk segera menggenapi janji Nya. Aku tau semua yang aku lakukan tidak
ada yang sia-sia. Semua padang gurun dan pedang belantara ketika aku harus
sadar bahwa kenyataan tidak seperti yang aku mau, akan Dia ganti dengan
sukacita. Tidak ada lagi air mata, kekecewaan, kesedihan, patah hati atau
apapun yang buat aku lemah. Tapi aku akan menjadi penuh ucapan syukur dan
pujian hanya bagi Dia.
Ketika
apa yang Tuhan buat sepertinya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan,
bukan karena Dia sengaja menyakiti kita atau ingin melihat kita hancur. Kadang
kita lupa bahwa rencana kita sebatas apa yang kita lihat, tapi rencana Tuhan
tidak terbatas. Dan ketika kita berani mengikuti kehendak Nya, melepaskan hak
(keinginan hati), merelakan dan mengampuni, kita akan menemukan diri kita
sendiri di dalam Tuhan.
No comments:
Post a Comment