Sudah bertahun-tahun lamanya kita menantikan pengakuan dunia terhadap peninggalan nenek moyang kita yang masìih ada sampai saat ini, batik. Dan baru-baru ini, isu yang sedang berkembang di negeri kita, adalah mengenai pengakuan UNESCO terhadap batik sebagai warisan budaya internasional yang berasal dari Indonesia.
Sudah jelas sekarang bahwa seluruh dunia, termasuk Malaysia mau tidak mau harus mengakui bahwa batik adalah warisan leluhur Indonesia. Ini menjadi jalan bagi kita untuk mengklaim dan mengakui dengan bangga batik tersebut. Dan ini membuktikan bila tidak ada negara lain yang berhak mengklaim batik menjadi milik negaranya.
Menanggapi hari bersejarah itu, pemerintah menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai hari Batik Nasional, dimana semua warga dari segala lapisan, mulai dari pejabat tinggi sampai rakyat jelata dan semua lapisan usia diharuskan memakai batik sebagai bentuk penghargaan kita kepada bangsa. Hal ini menunjukkan rasa kebersamaan kita sebagai warga negara Indonesia untuk menjunjung tinggi nilai batik.
Tapi ditengah kebahagian kita, masih saja ada hal yang mengganjal. Bila kita amati dengan seksama, ternyata ada beberapa golongan masyarakat yang kurang memperhatikan batik. Golongan tersebut adalah generasi kaum muda. Alasan mereka beragam perihal kurangnya rasa penghargaan terhadap batik. Salah satu paradigmanya adalah kaum muda mengganggap bahwa batik identik dengan pakaian formal yang biasa dipakai oleh kaum adat pada hari tertentu seperti acara pertemuan instansi atau lembaga pemerintahan, pernikahan, dll yang bersifat resmi. Alasan kedua adalah model atau motif dari batik itu sendiri kuno dan berbau tradisional. Serta alasan ketiga, masih kurangnya rasa nasionalisme dalam diri kaum muda.
Kemudian, dari alasan-alasan tersebut kita dapat mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada. Dan ini merupakan kerja keras para produsen, khususnya produsen tekstil atau pakaian jadi dan para desainer untuk mengembangkan ide kreatif agar batik pun dapat diminati para kaum muda. Sehingga batik tidak lagi mempunyai sebutan 'baju untuk orang tua', dan dapat mengubah image kaum muda pada saat memakai batik.
Beberapa tahun ini, produsen dan para desainer sudah berusaha untuk memberi tempat bagi batik di hati kaum muda. Dan hasilnya cukup signifikan karena sudah mulai banyak kaum muda yang memakai batik. Ini disebabkan banyak dari produsen yang menyadari hal itu untuk segera bertindak dan membuat pemilihan desain yang cocok untuk kaum muda. Saat ini sudah terdapat segmentasi pasar untuk batik itu sendiri. Produsen dan para desainer yang mengerti masalah-masalah yang dihadapi para kaum muda, mencoba untuk membuat suatu inovasi baru.
Baru-baru ini di pasaan sudah terdapat banyak model, motif, corak dan tipe dari batik itu sendiri sehingga kaum muda tetap bisa memakai batik dengan gaya dan persepsi masing-masing. Contoh batik khusus wanita yang mulai bermunculan seperti model blus, kaos oblong, gaun, baju formal, dll. Sedangkan untuk pria masih seperti model batik standar yaitu kemeja dan kaos oblong hanya corak dan motifnya lebih bervariasi.
Sehingga dengan adanya inovasi baru dari para desainer dan dari adanya pemisahan produk batik dapat mengubah cara pandang kaum muda agar bisa mulai mencintai batik. Dan tidak ada lagi alasan untuk tidak memakai batik karena kuno atau tradisional.
No comments:
Post a Comment