Ironis
bila menyaksikan di tengah masyarakat masih terjadi kesalah pahaman dan
pertikaian antara 2 atau lebih suku, ras, dan agama. Sangat disayangkan bila
hal itu terus terjadi hanya karena pemikiran dan idealime di masyarakat yang
masih konservatif. Lebih dari 60 tahun Indonesia
merdeka tapi pola pikir masyarakat masih primitive bila menyangkut masalah
perbedaan SARA. Perbedaan itu menjadi sesuatu yang sangat sakral dan sensitive
di kehidupan bermasyarakat. Perhatikan saja alasan-alasan yang kerap kali
muncul dan mengakibatkan pertikaian dikarenakan hanya masalah sepele. Padahal
sewaktu nenek moyang kita memperjuangkan kemerdekaan, semua rakyat Indonesia
terlepas dari suku, ras, agama bahkan keturunan dan pendatang pun bersatu. Lalu
mengapa hal itu tidak berlanjut dalam kehidupan yang seharusnya semakin dewasa
ini?
Kita
sering menggelorakan kesatuan dan persatuan, dengan mengingat kembali semboyan
negara kita "Bhineka Tunggal Ika", tapi tetap saja dibawah alam sadar
kita menciptakan pengkotakan. Tanpa disadari dalam pergaulan sehari-hari pun
kita cenderung memilih siapa yang akan menjadi teman kita, dan fokus kita tentu
saja akan memilih teman dengan latar belakang suku atau klan yang sama terlebih
dahulu. Bukan hanya dalam pergaulan, di dunia kerja, bisnis, pendidikan,
kesehatan, bahkan pemilihan pasangan hidup pun kita cenderung melakukan
diskriminasi tersebut dengan alasan "memilih yang latar belakangnya sama
akan lebih terpercaya". Padahal teori itu belum tentu benar.
Kita
tidak bisa memilih dari keluarga mana kita terlahir, bergender pria atau
wanita, siapa orang tua kita, itu adalah bagian dari rahasia Langit. Percaya
saja bahwa Tangan Pencipta membentuk kita dengan sempurna dalam perbedaan untuk
satu tujuan; harmonisasi. Jadi bila
kita ini sama-sama tercipta dari debu dan tanah yang sama, dibentuk khusus dari
Tangan yang sama pula, mengapa harus meributkan tentang perbedaan-perbedaan
itu?
Bayangkan
sebuah tubuh, terdiri dari banyak bagian anggota. Setiap anggota tubuh memang
berbeda bentuk dan fungsi, tapi sama-sama membentuk suatu kesatuan. Tidak bisa
salah satu anggota tubuh berjalan sendiri dan menganggap dirinya lebih penting
dari anggota lain. Justru karena perbedaan itu mereka saling melengkapi dan
memberi arti bagi tubuh.
Ini
waktunya reformasi bagi pemikiran dan idealisme kuno yang kita miliki. Jusrtu
pengkotakan itu akan menghancurkan kita secara perlahan. Ini waktunya kita
memodernisasi prinsip. Jangan lagi mempermasalahkan "kita berbeda",
tapi mari ciptakan harmonisasi itu. Dengan begitu dunia ini akan lebih indah
bukan?
"Apa beda kau dan aku?Bukankah kita sama-sama tercipta dari debu dan tanah?Apa beda kau dan aku?Bukankah kita sama-sama berasal dari hembusan nafas yang sama?Apa beda kau dan aku?Bukankah kita sama-sama terlahir di dunia karena suatu tujuan?Apa beda kau dan aku?Bukankah kita sama-sama manusia?Yang membedakan kita hanya gender, latar belakang, bentuk wajahAku dan kamu sama, tercipta dari Tangan yang samaLalu mengapa kamu masih mempertanyakan dan meragukan diri kita masing-masing?Kita tidak bisa memilih untuk terlahir seperti apaTangan itulah yang membentuk kita sedemikian rupa, menjadikan kita sama-sama sempurnaJadi jangan terus mempermasalahkan kenapa aku dan kamu berbedaKita sama, dihadapan Dia kita adalah ciptaan Nya yang paling berhargaHargai orang lain meskipun kita berbeda suku, ras, agama, budaya, kebiasaan, bahasa atau apapunKarena Tuhan juga terlebih dulu mengasihi dan tidak pernah membeda-bedakan kita"
Damailah
Indonesiaku, damailah negeriku. Ketahuilah aku dan kamu adalah sama, satu di
dalam Dia, Tangan Sang Pencipta. :)
"Tidak ada orang yang lebih hebat daripada dia yang menghargai diri sendiri sebagai ciptaan yang sempurna dan menghargai orang lain sebagai ciptaan yang sama sempurnanya dengan dirinya sendiri."
No comments:
Post a Comment