Tidak terasa lebaran telah tiba. Dan ada hal yang selalu se'paket' dengan lebaran. Apalagi kalau bukan mudik. Pulang ke kampung halaman setelah setahun penuh berada di perantauan. Dan fenomena mudik di Indonesia sangatlah kentara. Dari beberapa minggu sebelum menjelang lebaran sudah terlihat lonjakan permintaan tiket dari mereka yang berencana mudik.
Sebenarnya apa sih yang membuat mudik itu menjadi sangat istimewa? Sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia untuk kembali ke kampung halaman setelah beberapa waktu hijrah mencari penghasilan yang lebih layak. Bertemu dengan sanak saudara dan keluarga besar, sambil bersilahturahmi. Uniknya, bukan hanya umat Muslim saja yang menikmati musim mudik itu, tapi seluruh warga negara Indonesia pun turut mengikuti tradisi tersebut. Ini merupakan ajang dan kesempatan untuk bisa berkumpul dengan keluarga.
Kalau kita ikuti perkembangannya, tradisi mudik ke kampung halaman menggunakan kereta api, terutama kelas ekonomi, masih lebih unggul daripada transportasi mudik lain hingga saat ini. Contoh saja di stasiun Bogor, Pasar Senen dan juga Gambir bahkan stasiun-stasiun luar kota seperti Jawa Tengah dan Surabaya, nampak begitu banyak antrian para calon penumpang jarak pendek maupun jarak panjang. Mungkin alasan dari mereka karena mudik menggunakan kereta api jauh lebih murah dibandingkan dengan transportasi lain. Dan juga keunggulan lain adalah menggunakan kereta api lebih cepat sampai tujuan daripada menggunakan bus antar kota atau propinsi dan tidak terganggu kemacetan di jalan. Satu fenomena yang mengharuskan calon pemudik untuk memilih alat transportasi yang aman dan nyaman.
Namun saat ini, kenyataan yang ada gerbong-gerbong kereta api tidak cukup menampung banyaknya calon penumpang. Sehingga ratusan calon penumpang yang harus menunggu lebih lama dan seperti ditelantarkan. Tidak sedikit para calon penumpang mengantri pagi-pagi sekali demi mendapatkan tiket, bahkan ada juga yang rela menginap di stasiun. Ironisnya, meski sudah menginap semalaman, sebagian calon penumpang tidak mendapat tiket dan tempat. Kekecewaan yang ada karena mereka tidak dapat tepat waktu untuk merayakan hari kemenangan bersama keluarga besar.
Perkara lain yang kerap kali dihadapi pemudik adalah menyangkut penyediaan tiket di berbagai sarana transportasi. Selain harga tiket setiap tahun naik, pemudik kerap tidak kebagian tiket. Belum lagi pemudik dihadapkan dengan tindak kekerasan dan penipuan.
Angkutan kereta api misalnya, meskipun pemudik sudah mengantri berjam-jam, begitu loket dibuka, hanya dalam hitungan menit, tiket sudah terjual habis. Namun, pemudik masih bisa memperoleh tiket bila berani membayar jauh lebih mahal lewat calo. Perkara pelik yang muncul setiap kali mudik member kesadaran bahwa pelayanan publik belum menjadi prioritas pertama dan utama.
Sama halnya dengan arus balik yang terjadi beberapa waktu ini, lonjakkan permintaan tiket kereta api juga sangat besar. Dan lagi-lagi PT KAI kerepotan karena tahun ini lonjakkan permintaan tiket lebih besar dari tahun lalu. Pihak manajemen belum bisa mengambil langkah antisipasif karena keterbatasan armada kereta yang tersedia. Terpaksa para calon penumpang harus menunggu dan ada juga yang bolos masuk kerja pada hari pertama.
Dengan kenyataan yang ada seperti ini, bukan berarti menjadi momok bagi kita untuk tidak kembali mudik tahun berikut dan berikutnya lagi. Apapun sarana yang kita gunakan untuk mengantar kita ke kampung halaman, kita harus tetap waspada dan tetap memikirkan keselamatan.
No comments:
Post a Comment