"Heiiiiii cinta!"
Seseorang di ujung sana berteriak memanggil-manggil cinta.
Rupanya dia sudah sangat lama mencarinya. Bahkan dia sudah terlalu lelah untuk
memperbincangkan cinta. Menanti, itu yang dia lakukan hari-hari ini.
Dia berpikir bagaimana bisa orang-orang
dengan begitu mudahnya mendapatkan cinta. Mereka bebas menentukan pilihan
mereka, dan mereka juga bebas mengganti orang yang mereka cintai dengan sangat
cepat. Heeem apakah itu cinta, gumamnya. Mungkin itu hanya emosi sesaat dan
bukan cinta, tapi nafsu atau dalam bahasa para dewa Yunani itulah yang namanya
Eros.
Seseorang diujung jalan itu terus
berjalan menelusuri jalanan. Rupanya dia hanya ingin melihat-lihat. Dia
berhenti pada satu tempat, duduk dan memandangi sekeliling. Belum pernah dia
melakukannya, ini kali pertama baginya hanya duduk dan mengamati. Ternyata dia
menikmati.
Angin berhembus pelan, membisikan
padanya keindahan di suatu tempat lain. Tapi dia terlalu malas untuk kembali
berjalan. Semakin lama Angin semakin kencang berusaha membujuknya. Dia tidak
bergeming. Dia terlalu menikmati ini dan mulai terpejam.
Dalam lamunannya dia membayangkan
sebuah kehidupan penuh dengan cinta. Dimana setiap orang saling mencintai dan
menerima orang lain apa adanya. Tidak ada kepahitan, kekecewaan, dusta dan
kepalsuan. Dia bermimpi tentang cinta yang telah lama dia nanti, yang mampu
membuat hatinya terus berdegup kencang dan takjub. Dan membuatnya terperanga,
inilah dia cinta itu.
Namun ketika dia sadar dari
lamunannya, yang dia dapat hanya angan-angan belaka. Nyatanya dia belum pernah
menemukan cinta yang seperti itu. Energinya sudah kembali pulih. Dia beranjak
dari kursi dan mulai berjalan kembali mengikuti kata-kata Sang Angin.
Sang Angin tentu saja tahu
kegelisahan hatinya. Dialah yang paling tahu segalanya. Bukan karena dia sok
tahu, tapi dia memang mengetahui segalanya, bahkan yang tidak pernah
terkatakan. Karena manusia kadang tidak bisa mengungkapkan segala hal kepada
sesamanya. Akan selalu ada rahasia yang tidak pernah diketahui bahkan oleh sahabatnya
sendiri. Lalu mereka memendam hal itu dan bertanya pada Angin, menceritakan
kegelisahan hati mereka dan berharap Angin dapat membawa pergi jauh kegelisahan
mereka. Oleh karena itu Sang Angin tahu segala hal dan menjadi sahabat manusia
sejak berabad-abad tahun yang lalu.
Tentu saja Sang Angin tidak bisa
memberikan manusia sebuah jawaban. Tugas Sang Angin hanyalah meyampaikan pesan
manusia kepada Jiwa Dunia, Empunya alam semesta. Dan hanya kepada sebagian
orang saja Angin berhasil menyampaikan kembali jawaban kepada manusia itu. Karena Angin tidak pernah
berkata-kata, tapi mampu memberikan hembusan harapan dan keyakinan, bahwa masih
akan ada hari esok yang lebih baik. Itulah dia, Sang Angin.
Seseorang diujung jalan itu, yang
tidak tahu hendak kemana, yang hanya mengikuti petunjuk Sang Angin, mulai
mencoba untuk mengerti apa yang disampaikan Jiwa Dunia. Tapi masih amat sangat
terasa samar. Dia terus mencoba memahami isi hati Jiwa Dunia. Tapi tak semudah
yang dibayangkannya. Dia masih belum mengetahui kunci untuk bisa memahami
hati Jiwa Dunia. Dia mulai frustasi
dengan setiap pemikirannya sendiri. Sang Angin tidak pernah mengintimidasinya,
dia akan membantu manusia itu untuk mengerti sebuah rahasia tentang cinta dan
kebahagiaan. Tapi Sang Angin kesulitan untuk memberikan manusia itu pengertian,
karena ia tidak dapat berkata-kata. Ia hanya bisa memimpin dan mengarahkannya
ke suatu tempat yang lebih baik. Namun keputusan dan pilihan manusia sendiri
itulah yang menentukan takdirnya. Manusia tidak boleh menyalahkan Angin ketika
ia gagal menemukan cinta.
Seseorang diujung jalan itu, yang
masih terus berusaha memahami isi hati Jiwa Dunia, mulai melepaskan dirinya dan
menyatu dengan Angin. Hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
Membentangkan kedua tangannya dan membiarkan Angin menepis wajahnya, tubuhnya,
jiwanya, kegelisahannya, dan semua kekuatirannya. Dia terus mencoba
berkomunikasi dengan Angin dan berharap Angin dapat membawanya ke suatu tempat
lain, yang jauh lebih indah. Karena dia telah lelah pada dunianya yang
sekarang, dia lelah untuk terus berharap pada sesuatu yang tidak pasti. Ya,
sudah begitu lama dia menanti dan berhadapan dengan segala proses siklus
kehidupan, tapi dia tidak mendapatkan apa-apa. Atau mungkin sebenarnya dia
sudah mendapatkan sesuatu tapi tidak seperti yang diharapkannya. Meskipun
begitu dia tetap tegar.
Perlahan dia mulai mengerti bahasa
Sang Angin. Dan Sang Angin terus menuntunnya ke tempat lain. Mereka telah
menyatu, dua pribadi yang sangat berbeda itu kini telah saling memahami. Sang
Angin sangat mengerti hati manusia itu, dan membawa jeritan hatinya pergi. Ia
mengisi hati manusia itu dengan kekuatan yang baru, dengan harapan dan masa
depan yang baru pula. Sang Angin berpikir tidak pantas manusia itu terus berada
dalam masa lalunya, dia terlalu indah
untuk terjebak pada mesin waktunya sendiri. Kini, Sang Angin membebaskan jiwa
manusia itu, yang telah menjadi sahabatnya beberapa detik lalu.
Seseorang diujung jalan itu, yang
sudah mengerti rahasia hati Jiwa Dunia lewat sahabatnya: Sang Angin, mulai merasakan
jiwanya bebas pula. Semua kegelisahan dan kekuatirannya telah hilang. Dia
merasakan sebuah kekuatan yang tidak dapat terkatakan, bahwa Jiwa Dunia akan
terus bersamanya dan membantunya menemukan cinta. Memang belum semua pikiran
dan bayangan akan kenangan masa lalu itu lenyap, tapi manusia itu akan tetap
berjalan ke depan, mengikuti hembusan sahabatnya.
Seseorang diujung jalan itu, yang
sudah mendapatkan jiwanya yang baru bersama dengan Jiwa Dunia, lewat Sang
Angin, berjalan maju dengan anggun. Dia percaya selama matahari masih bersinar,
selama itu pula masih akan ada harapan. Dan dia pun telah memiliki hati Jiwa
Dunia dan Sang Angin, kedua sahabat baru yang akan terus bersama dia untuk
menemukan cinta sejatinya.
No comments:
Post a Comment