Lima tahun lebih aku menjadi
roker mania alias rombongan kereta. Dari mulai masuk kuliah sampai sekarang aku
bekerja di daerah Jakarta Pusat. Dari lima
tahun itu juga aku dapet banyak pengalaman selama jadi roker (read: rombongan
kereta). Aku pernah dicopet waktu pertama kali masuk kuliah, maklum tampang
masih lugu dan polos jadi gampang diincer copet. Pernah ngalamin juga terlantar
di stasiun berjam-jam karena ga ada kereta sama sekali alias mogok di tengah
jalan. Pernah kejebak di tengah rel karena kereta yang aku naikin tiba-tiba
mati mendadak. Pernah diturunin di daerah Cilebut dan harus jalan kaki malem-malem
sampe ketemu angkot Bogor
gara-gara listrik arus atas mati total. Sering ngejer kereta di stasiun Bogor karena telat
dateng. Sering berdiri dari Bogor-Jakarta atau sebaliknya karena ga dapet duduk
atau ngalah sama ibu hamil. Yaaah bisa dibilang udah akrablah sama yang namanya
kereta. Bahkan udah hafal juga jadwal dateng sama berangkatnya, kaya masinis
hehehehe.
Aku biasa naik
CL AC dan pilih posisi di gerbong wanita, soalnya lebih aman ga ada copet, ga
ada yang lirik-lirik kurang ajar, paling juga ngalah sama ibu-ibu yang udah tua
atau ibu-ibu hamil sama yang bawa anak kecil. Di atas kereta itu juga terjadi
banyak hal yang lucu, heboh, ngeselin, bikin keki, terharu, dll deh kaya
nano-nano. Di dalem kereta juga banyak orang dengan karakter, wajah, postur
tubuh, suara dan style yang unik. Dari yang cantik sampe biasa aja, dari yang
glamour sampe sederhana banget, dari yang pake high heels sampe sendal swallow,
dari yang tua sampe muda, pokonya beraneka ragam jenis deh. Dan banyak cerita
unik yang terjadi.
Salah satunya
waktu aku naik kereta ke arah Bogor
mau pulang. Agak padet waktu itu soalnya hari Jumat jadi orang-orang yang
ngekos pasti pulang ke rumahnya. Waktu masuk ke dalem kereta aku langsung ambil
posisi yang masih kosong, aku berdiri di depan cewe ya lumayan cantiklah dengan
rambut panjang terurai. 20 menit aku masih biasa aja berdiri di depan dia, tapi
tiba-tiba aku liat sesuatu merayap-rayap dari rambutnya. Aku kepo dunk itu
apaan sih, aku liatin terus dan ternyata itu KUTU!!! Aaaaagggghhh sontak aku
langsung mundur beberapa centi. Aku terus perhatiin tuh kutu jangan sampe
terbang kemana-mana. Lama aku terus perhatiin tiba-tiba kutunya bermultiplikasi
jadi 2 sampe 3 aaaaggghhhh. Bener-bener salah posisi banget, mau pindah udah
penuh, mau mundur juga ada orang. Ya udahlah terpaksa aku tetep disitu sambil
perhatiin kutu-kutu tadi jangan sampe terbang. Huuuuffff.
Ada lagi cerita unik lainnya, pagi itu rasanya
aku masih sangat mengantuk, mungkin efek tidur malem. Aku sengaja pergi lebih
awal supaya bisa dapet duduk di kereta dan aku bisa tidur. Beruntung jalanan
agak lenggang dan aku bisa datang sebelum kereta yang biasa aku naiki datang.
Aku segera mencari posisi di pinggir supaya bisa sandaran dan bersiap tidur. Bogor sampai Depok
sepertinya tanpa sadar aku tertidur pulas di kereta. Aku tidak mendengar
apa-apa dan sempat bermimpi hahahahaha. Tapi sejenak aku terbangun. Dua ibu
paruh baya di sebelahku asik ngobrol dengan suara keras, tertawa dan saling
bercerita. What the..... hmmmmm aku langsung mengambil earphone dan memasang
lagu agak kencang supaya suara ibu-ibu itu ga kedengaran. Tapi mereka lebih
dasyat, kayanya pake speaker deh tuh ngobrolnya :(. Dan pagi itu aku tidak jadi
tidur pulas dan bekerja dengan mata sembab.
Baru-baru ini
nih hot issue seputar perkereta apian
adalah bencana longsor di sekitar daerah Cilebut – Bojong Gede. Entah karena
usia rel yang usang atau karena faktor alam alias hujan besar sepanjang hari di
Bogor atau karena daerah itu rawan longsor,
alhasil jalur kereta Bogor
– Bojong ga bisa dilalui. Dan efeknya para roker Bogor dan Cilebut sengsara. Terlantar begitu
saja tanpa ada kereta pulang. Yang lebih ajaibnya pihak KAI mengistimasi waktu
perbaikan rel yang terputus itu kira-kira 1 bulan. Hik hik hik hik hik :’(.
So, setiap pagi
kalau mau pergi dan pulang kerja harus dari Bojong Gede. Lagi-lagi penderitaan
belum berakhir, cari angkutan ke Bojong juga perlu perjuangan, bermacet-macet
ria, berebut dengan roker lain yang sama menderitanya, belum lagi ongkos yang
lebih mahal. Begitulah keseharian yang dialami para roker asal Bogor dan sekitarnya selama kurang lebih 3
minggu. Udah terbiasa pulang diatas jam 10 malam, sampai satpam rumah juga udah
hafal aku pulang malam terus :D.
Ya menjadi roker
adalah pilihan, dan aku harus siap dengan semua resiko yang terjadi. Namun, aku
belajar banyak hal dari situ, aku belajar tentang sekolah kehidupan. Ada aja cerita berbeda
setiap harinya dan kayanya aku sudah hampir hafal alias terbiasa. Tapi
menyenangkan juga karena dari semua yang terjadi itu aku belajar banyak hal.
Aku belajar untuk sabar (ga marah waktu kaki keinjek atau kepala kena sikut
atau kedorong-dorong), belajar untuk berbagi (ngalah sama ibu hamil, anak
kecil, orang tua), belajar untuk mengendalikan emosi (waktu mulai tercium
bau-bau aneh alias bau ketek atau kentut atau sejenisnya hahahahaha), belajar
untuk pasrah dan berharap (waktu kereta tiba-tiba berhenti di tengah jalan
tanpa penjelasan kenapa dan kepastian sampai kapan), dll.
Apapun yang
sudah terjadi kita ambil positifnya aja dan jadikan itu pengalaman yang
menarik. Menyesal dan mengeluh ga menjadikan keadaan lebih baik juga, yang
terpenting adalah respon kita. So, apapun yang terjadi aku tetap memilih
menjadi roker mania dan ga berpikir untuk berpindah cari alternatif angkutan
lain. Soalnya udah akrab dan jadi soulmate kereta sih hehehehehehe….
Ini ceritaku,
apa ceritamu? :)
No comments:
Post a Comment